11 Feb 2012

Penolong Agama

Menjadi penolong agama Allah adalah satu-satunya profesi yang selalu membuka lowongan bagi pekerja baru. Setiap saat, setiap hari, sepanjang matahari masih terbit dari timur. Namun, menyambung rantai perjuangan para Rasul bukan pekerjaan mudah. Bila dakwah ibarat pohon, ada saja daun-daunnya yang gugur berjatuhan. Tapi pohon dakwah itu tak pernah kehabisan cara untuk menumbuhkan tunas-tunas baru. Sementara daun-daun yang berguguran tak lebih hanya akan menjadi sampah sejarah. Bagaimana dengan kita?! Untuk saudaraku yang tak pernah lelah mencari kesempurnaan, semoga Allah menjaga keistiqomahan kita.
Aamiin... Ya Robbal 'alamin.


Courtesy by Google

5 Feb 2012

Cinta dan Mencintai

“Apa?”
“Aku nggak tahu apa itu...”
“Cinta?” ia menatapku, tersenyum.
“Terlalu cepat jika itu cinta”
“Dia meminta kejelasan, kan?”
“Tuhan, apalagi yang harus kujelaskan?” Aku tertunduk.
“Begitulah kamu, nggak peka!”
“Eh....” kaget.
***

Biasanya keberanianku menulis adalah tentang hal-hal yang hanya terkait kehidupan umum saja. Sangat jarang yang bersifat pribadi. Atau, to the point saja, tentang cinta. Sangat jarang kan? (pasti ada yang langsung teriak, “Pitnahhhh!!” :p ). Ah, dan sekarang sedikit bicara soal cinta. Tidak banyak sih dan tidak terlalu puitis juga. Hehe..
Kita merasa,
Kita mencinta,
Tapi...
Apa rasanya cinta?
Pernahkah kau,
Merasa?
Waktu mengubah segala-galanya kecuali sesuatu dalam diri kita, yang selalu kaget karena perubahan. Walau hening dalam kesendirian kita, namun waktu tetap berjalan. Dan pada akhirnya, rasa-rasanya, dalam diri ini ada cinta yang sedikit demi sedikit pula mulai berubah seiring dengan berjalannya waktu. Mungkin, karena hal itu pula perasaan cinta bagiku bukanlah hal yang utama. Rasa itu hadir karena waktu. Allah memberikannya pada siapa saja yang Dia kehendaki. Kalau sudah diberi, tinggal bagaimana kita mampu mencintai, bukan hanya terpaku pada telah turunnya anugerah rasa cinta yang diberi. Bisa jadi, yang lebih utama dari rasa cinta adalah mampu mencintai.
Pernah ku tulis sebuah nama
entah di mana
mungkin masih tersisa di samun subuh,
pada tembok sekolah
yang pernah kita bercerita di sana

atau pada lamun senja

di pemakamanku
pada masa yang amnesia

mungkin suatu saat

puisi tak beralamat itu
akan sampai di layar ponselmu
dan sejenak
kau akan terpaksa membacanya
meski selalu ada harap yang tersia
seperti tanganku yang gemetar
di senyummu

By Suci
Kini, kutuliskan saja sebagian kisah hidupku di sini. Tentang bagaimana cinta dan mencintai. Kutuliskan hikmah yang ada pada diriku, orang lain dan semua hal yang menggugah hati dan pikiranku. Kutuliskan segala harapan dan do’aku. Agar aku termotivasi, agar aku bisa mengenang, dan agar aku bisa meninggalkan sejarah. Hingga nanti, Allah ya Tuhanku, adakanlah orang yang dengan rela mencintaiku, dalam sejarah hidupku.

Lantas, apa yang telah lalu biarlah berlalu, dan harapan di masa depan hanyalah misteri. Bagiku, hanyalah waktu yang sedang kujalani saat ini. Cinta itu tak akan surut. Walau terasa berat, namun semangat masih dalam dada ini. Tak masalah meski belum memuaskan, karena aku yakin, pada saatnya nanti bukti nyata itu akan ada.

#Menanti rencana indah berikutnya...