Allohuma, ya Alloh, aku minta pada-Mu kehidupan yang lebih baik dihari ini hingga kedepannya. Kedamaian hanya ada saat bersama-Mu.
17 Sep 2011
Kutinggalkan Masa Lalu
Kutinggalkan masa lalu dengan segala kisahnya. Kenangan sudahlah jadi kenangan saja. Aku tak mungkin kembali untuk sesuatu yang telah hilang dan tak dapat dicari.
Allohuma, ya Alloh, aku minta pada-Mu kehidupan yang lebih baik dihari ini hingga kedepannya. Kedamaian hanya ada saat bersama-Mu.
Allohuma, ya Alloh, aku minta pada-Mu kehidupan yang lebih baik dihari ini hingga kedepannya. Kedamaian hanya ada saat bersama-Mu.
7 Sep 2011
Hanya Ingin Kamu Datang
Kesedihan. Apa yang membuat seseorang bisa bersedih? Perpisahan. Bagiku, itulah yang paling menyebalkan dalam hidup. Kesedihan karena sebuah perpisahan. Memang akhirnya ingatan akan menghapusnya, perlahan-lahan. Aku tahu itu, tapi itu juga kata sebagian orang. Dan ya, aku tahu itu. Tapi lagi-lagi aku terjebak dan tak kuasa menahan keharuan atas segala peristiwa yang telah terjadi. Entahlah, kini kemanakah aku harus menggantungkan harapan? Kamu yang sejak tadi kutunggu tak juga datang menyelesaikan rasa sedih ini. Di taman yang sepi pendatang ini, aku duduk sendiri. Menantimu.
Esok kita harus berpencar jauh. Kurasa memang tidak bisa tidak begitu. Jadi sebaiknya mulai sekarang aku harus mencoba melupakan gambaran tentangmu. Juga nada suaramu, atau setiap canda-candamu yang mengisi relung-relung hatiku, itu pun aku harus melupakannya. Cukuplah hari ini adalah hari terakhir aku bisa mengenalmu.
Tapi sebelum itu, biarkan aku bercakap-cakap denganmu. Dikursi taman ini, aku menantimu. Bukankah kita dahulu seringkali duduk berdua saja disini? Ya, kamu tahu itu. Ah, tapi kamu belum juga datang. Sedang apa kamu sekarang. Apa kamu tahu aku sedang menunggumu dengan sedih di sini? Lihatlah langit sudah mulai mendung, dan kuharap kamu datang sebelum hujan turun.
Baiklah, aku akan mulai saja percakapan denganmu. Seperti biasanya kalau kamu memang tak pernah bisa memulai percakapan. Begini, aku tak pernah ingat kapan sebenarnya kita pertama kali berkenalan. Yang pasti aku mengenalmu karena kamu satu kampus denganku. Aku mengenalmu karena perkenalan yang mengalir begitu saja. Berada dalam satu naungan fakultas yang sama, mungkin itulah alasan yang bisa menjelaskan ini semua. Tapi masa bodohlah bagaimana awalnya kita bisa berkenalan. Percakapan tentang itu rasanya tidak penting, kan? Aku tahu kau sangat tidak suka ketidakjelasan.
Kamu memang orangnya seperti itu. Ingin segala sesuatu to the point saja. Namun demikian, kamu malah orangnya suka sekali dengan canda. Satu sisi aku melihatmu orang yang sangat serius, sisi lain kamu adalah orang konyol juga. Sebagai seorang lelaki sebenarnya kamu adalah sosok yang ideal bagi wanita semacamku ini. Kau tahu kapan harus bersikap santai, dan kapan harus serius. Sungguh aku menyenangimu, sejak awal perkenalan yang entah kapan itu.
Ah, sudah hampir satu jam kamu belum datang juga. Seharusnya kamu pun tahu bahwa aku selalu bosan jika harus dibuat menunggu terlalu lama. Aku selalu marah jika seseorang datang terlambat. Tapi rasa-rasanya aku tak akan marah padamu saat ini. Aku hanya ingin kamu datang. Bertemu denganku saat ini. Aku yang sedang gelisah. Dimanakah kamu? --
Esok kita harus berpencar jauh. Kurasa memang tidak bisa tidak begitu. Jadi sebaiknya mulai sekarang aku harus mencoba melupakan gambaran tentangmu. Juga nada suaramu, atau setiap canda-candamu yang mengisi relung-relung hatiku, itu pun aku harus melupakannya. Cukuplah hari ini adalah hari terakhir aku bisa mengenalmu.
Tapi sebelum itu, biarkan aku bercakap-cakap denganmu. Dikursi taman ini, aku menantimu. Bukankah kita dahulu seringkali duduk berdua saja disini? Ya, kamu tahu itu. Ah, tapi kamu belum juga datang. Sedang apa kamu sekarang. Apa kamu tahu aku sedang menunggumu dengan sedih di sini? Lihatlah langit sudah mulai mendung, dan kuharap kamu datang sebelum hujan turun.
Baiklah, aku akan mulai saja percakapan denganmu. Seperti biasanya kalau kamu memang tak pernah bisa memulai percakapan. Begini, aku tak pernah ingat kapan sebenarnya kita pertama kali berkenalan. Yang pasti aku mengenalmu karena kamu satu kampus denganku. Aku mengenalmu karena perkenalan yang mengalir begitu saja. Berada dalam satu naungan fakultas yang sama, mungkin itulah alasan yang bisa menjelaskan ini semua. Tapi masa bodohlah bagaimana awalnya kita bisa berkenalan. Percakapan tentang itu rasanya tidak penting, kan? Aku tahu kau sangat tidak suka ketidakjelasan.
Kamu memang orangnya seperti itu. Ingin segala sesuatu to the point saja. Namun demikian, kamu malah orangnya suka sekali dengan canda. Satu sisi aku melihatmu orang yang sangat serius, sisi lain kamu adalah orang konyol juga. Sebagai seorang lelaki sebenarnya kamu adalah sosok yang ideal bagi wanita semacamku ini. Kau tahu kapan harus bersikap santai, dan kapan harus serius. Sungguh aku menyenangimu, sejak awal perkenalan yang entah kapan itu.
Ah, sudah hampir satu jam kamu belum datang juga. Seharusnya kamu pun tahu bahwa aku selalu bosan jika harus dibuat menunggu terlalu lama. Aku selalu marah jika seseorang datang terlambat. Tapi rasa-rasanya aku tak akan marah padamu saat ini. Aku hanya ingin kamu datang. Bertemu denganku saat ini. Aku yang sedang gelisah. Dimanakah kamu? --
1 Sep 2011
Pagi Hari #2
Hampir siang,
oh bukan.. Baru masuk waktu dhuha.
Temui kekasihmu, An!
#Pagi Hari,
#01 September 2011
oh bukan.. Baru masuk waktu dhuha.
Temui kekasihmu, An!
#Pagi Hari,
#01 September 2011
Dalam Doaku
Dalam doaku subuh ini kau menjelma langit yang semalaman tak memejamkan mata,
yang meluas bening siap menerima cahaya pertama,
yang melengkung hening karena akan menerima suara-suara
Ketika matahari mengambang tenang di atas kepala,
dalam doaku kau menjelma pucuk-pucuk cemara yang hijau senantiasa,
yang tak henti-hentinya mengajukan pertanyaan muskil kepada angin
yang mendesau entah dari mana
Dalam doaku sore ini,
kau menjelma seekor burung gereja yang mengibas-ibaskan bulunya dalam gerimis,
yang hinggap di ranting dan menggugurkan bulu-bulu bunga jambu,
yang tiba-tiba gelisah dan terbang lalu hinggap di dahan mangga itu
Maghrib ini dalam doaku kau menjelma angin
yang turun sangat perlahan dari nun di sana,
bersijingkat di jalan dan menyentuh-nyentuhkan pipi
dan bibirnya di rambut, dahi dan bulu-bulu mataku
Dalam doa malamku kau menjelma denyut jantungku,
yang dengan sabar bersitahan terhadap rasa sakit yang entah batasnya,
yang setia mengusut rahasia demi rahasia,
yang tak putus-putusnya bernyanyi bagi kehidupanku
Aku mencintaimu,
Itu sebabnya aku takkan pernah selesai mendoakan keselamatanmu
(oleh Sapardi Djoko Damono)
yang meluas bening siap menerima cahaya pertama,
yang melengkung hening karena akan menerima suara-suara
Ketika matahari mengambang tenang di atas kepala,
dalam doaku kau menjelma pucuk-pucuk cemara yang hijau senantiasa,
yang tak henti-hentinya mengajukan pertanyaan muskil kepada angin
yang mendesau entah dari mana
Dalam doaku sore ini,
kau menjelma seekor burung gereja yang mengibas-ibaskan bulunya dalam gerimis,
yang hinggap di ranting dan menggugurkan bulu-bulu bunga jambu,
yang tiba-tiba gelisah dan terbang lalu hinggap di dahan mangga itu
Maghrib ini dalam doaku kau menjelma angin
yang turun sangat perlahan dari nun di sana,
bersijingkat di jalan dan menyentuh-nyentuhkan pipi
dan bibirnya di rambut, dahi dan bulu-bulu mataku
Dalam doa malamku kau menjelma denyut jantungku,
yang dengan sabar bersitahan terhadap rasa sakit yang entah batasnya,
yang setia mengusut rahasia demi rahasia,
yang tak putus-putusnya bernyanyi bagi kehidupanku
Aku mencintaimu,
Itu sebabnya aku takkan pernah selesai mendoakan keselamatanmu
(oleh Sapardi Djoko Damono)
Langganan:
Postingan (Atom)