“Kadang kita hanya siap memulai sesuatu tanpa siap menanggung resikonya. Maka pertimbangkan segala sesuatu dan janganlah pernah menabuh genderang peperangan jika kita tidak memiliki kemampuan untuk bisa memenangkannya” – Dewi TRACS
Source by Google |
Saat kita berharap kualitas yang harusnya lebih baik dari apa yang sedang kita lihat, ada kecenderungan untuk memberikan komentar. Komentar pun tidak jarang kita alamatkan dalam bentuk kritik. Tanpa kita sadari pula sebuah kritik cenderung membuat orang lain merasa malu, tersinggung, bahkan terluka hatinya.
Sedikit menyampaikan terkait kritik dari saya. Kritik adalah masalah penganalisaan dan pengevaluasian sesuatu dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman, memperluas apresiasi, atau membantu memperbaiki pekerjaan. Itu pengertian kritik yang saya kutip dari Wikipedia.
Hanya saja, tidak mudah menemukan orang yang menganggap kritik sebagai suatu bagian proses perbaikan yang pantas diperhatikan untuk meningkatkan pemahaman, memperluas apresiasi atau memperbaiki pekerjaan dan lain sebagainya. Setiap orang butuh kedewasaan yang lebih untuk hal itu. Apalagi, ada loh orang yang punya kecenderungan selalu mengkritik dan tidak bisa melihat sisi lain dari seseorang.
Dan bicara soal kedewasaan, saya suka sekali apa yang ditulis oleh Mario Teguh saat ditanya terkait apa itu kedewasaan.
“Om Mario, bantuin dong aku yang remaja ini, apa itu arti kedewasaan?
Adikku yang baik hatinya, Kedewasaan adalah TETAP menjadi anak muda yang nakal,
suka ngerjain orang, lucu, unyu-unyu, spontan, kreatif, dinamis, dan impiannya tinggi, PADA USIA BERAPA PUN, SAMPAI AKHIR USIA.
Tapi tidak meratap lemah saat bersedih, tidak mencak-mencak norak saat marah, tidak membantah yang tidak diketahuinya, tidak sombong karena tahu atau punya,
bersahabat dalam ketulusan, mencintai dengan setia, tidak berebut mainan dengan anaknya, mengabdi untuk memuliakan atasan, memimpin untuk membahagiakan bawahan, berlaku lembut dan penuh kasih kepada orang tua, wanita, dan anak-anak.
Dan ituuuuu semua … kau lakukan karena cinta dan pengabdianmu kepada Tuhan. Sesungguhnya, kedewasaan yang indah akan menjadikanmu anak muda yang anggun sepanjang hidupmu. Bagaimana mungkin engkau tak mensyukuri kehidupan. Orait?”
Coba kita tanyakan pada diri kita masing-masing, mengapa kritik bisa membuat kita tersinggung? Jawabannya sederhana, dari sumber yang saya baca, yakni bahwa kritik itu langsung mendobrak ego kita. Sementara, semua orang tahu bahwa ego adalah satu-satunya bagian dari seseorang yang rapuh. Ketika ego terluka, ancaman terhadap citra diri mulai dirasakan. Akibatnya, kita lalu mengambil sikap ofensif (menyerang).
Tak ingin dipuji karena akan merasa diberuntungkan. Sebab selalu ada celah yang kadang membuat aku mengalah, tanpa disadari dengan perasaan yang meninggi dan lupa ada hal lain yang perlu dibenahi. - Bianglala Basmah
Namun kritik memang perlu, asal dilakukan pada saat yang tepat. Jika Kamu ingin mengkritik seseorang, maka salah satu strategi terbaik adalah dengan memberikan jarak antara kejadian dan waktu untuk mengkritik. Atau, kritiklah seseorang setelah kejadian itu beberapa waktu berlalu. Mengkritik orang lain dengan pendekatan personal sangat dianjurkan. Dengan demikian, Kamu akan menjadi “dewa” penyelamat, bukannya menyandang gelar sebagai tukang kritik yang selalu melukai hati.
Aan Sopiyan
29 Mei 2012
Catatan: Terima kasih untuk Wikipedia, buku Bread for Friends, Mario Teguh, Dewi, Basmah (maaf belum izin ambil kutipannya). Juga spesial untuk teman-teman di TRACS dan IM Rumah Zakat, bersama kalian banyak kritikan yang membangun pribadi saya. Mudah-mudahan Allah semakin mendewasakan kita semua. Aamiin
Tulisan yang sangat menginspirasi sekali kang.
BalasHapusApa lagi ditambah penggambaran kedewasaan menurut Mario Teguh diatas.
Kalau dewasa adalah dengan menjadi kaku, data r dan misterius. Mungkin lebih baik saya tidak pernah jadi dewasa saja kang.
Ada juga yang menganggap dewasa seperti itu, aneh memang.
Makasih u/ komentarnya ya Uchank.. Mario Teguh, Loving You Always! :D
BalasHapusNice Kang..
BalasHapusAbis merenung tentang kebiasaanku yang suka ngritik.
terutama terhadap pelayanan jasa yang gak memuaskan.
Baru aja diingetin teman dan baca ini, jadi malu.
bukan karena kebiasaan meng-kritik. tapi lebih karena
kritik itu lahir dr rasa emosi. yg terkadang bukan ingin membangun.
hanya meluapkan rasa kesal.
Wisss... tolong kritik blog dan tulisanku donk.. Hehe.. :D
BalasHapusMakasih yah dah komen.
^__^
Aku habis dikritik sama atasan aku. Dan sekarang, aku terluka. Ah...payah. Mau nangis deh...seember...huhuuu... :'(
BalasHapusMas Aan..terus nulis yah...sampai suatu hari nanti aku ga bisa baca lagi...#duh...
artikel yang membuat pembacanya terinspirasi,,,
BalasHapusDuh ada yg curcol.. cup cup cup... jangan nangis, Diajeng Nick harus Smile, You don't cry. :)
BalasHapusnice,
BalasHapuskritik itu bisa jadi penyemangat, bisa juga jadi penghancur, terngantung bagaimana penerimaan yang di kritik dan cara pengkritik menyampaikan kritikannya. begitu bukan?
:)
Iya gitu.. :D
BalasHapusTulisannya sangat inspiratif,,,
BalasHapussalam kenal mas aan.. saya follow blognya
Sambil kunjungan sore dan mengundang rekan blogger
Kumpul di Lounge Event Tempat Makan Favorit
Salam Bahagia
Suskses ya
mengucapkan kritikan itu sangat mudah, tapi menerima kritikan itu harus lapang dada. tidak memungkiri setiap orang pasti terluka dengan kritikan tapi kata Om Ebiet G. Ade "Tinggal bagaimana kita menghayati di belahan jiwa yang mana kita sembunyikan dada yang terluka, duka yang tersayat, rasa yang terluka." (Ebiet G. Ade - Apakah Ada Bedanya)
BalasHapusheheheheh.. semangaaaaaaaaaat :D
Adang N M I :
BalasHapusMakasih banyak ya mas Adang.. senang bisa berkenalan ^^
Selalu, suka dengan komentar Irma.. berasa gmn gto.. hehe, gmn ya? *.*
BalasHapuspostingan yang bagus tentang kritik tanpa luka
BalasHapus