Ada dua kakak-adik perempuan, satu namanya Puteri (usia 13 tahun, SMP), satu lagi namanya Ais (usia 16 tahun, SMA). Mereka tidak beda dengan jutaan remaja lainnya, meski tidak berlebihan, juga ikutan gelombang remaja yang menyukai budaya populer saat ini, seperti lagu-lagu, boyband, film-film, dsb. Kabar baiknya, dua anak ini memiliki pemahaman yang baik, berbeda, dan itu akan menjadi bagian penting dalam cerita ini.
Suatu hari, guru agama di sekolah Puteri menyuruh murid-muridnya untuk membuat karangan tentang berqurban. Ini jadi muasal cerita, jika murid-murid lain hanya sibuk membaca sejarah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, lantas menulis karangan, Puteri, entah apa pasal, memasukkan cerita hebat itu sungguh-sungguh dalam hatinya. Tercengang. Dia bahkan bertanya pada orang tuanya, di meja makan, apakah keluarga mereka pernah berqurban. Setelah saling tatap sejenak, orang tua mereka menggeleng, tidak pernah. Ayah mereka buruh pabrik, Ibu mereka karyawan honorer, ibarat gentong air, jumlah rezeki yang masuk ke dalam gentong, dengan jumlah yang keluar, kurang lebih sama, jadi mana kepikiran untuk berqurban.