28 Jan 2011

Sekilas Tentang Visi

Photo by Qefy Al Ghifari


Manusia terus menerus mencari tujuan dan makna dari berbagai peristiwa yang dialaminya. Baik peristiwa tersebut saling berhubungan dengan peristiwa lainnya, ataupun berada diluar nalar. Penciptaan tujuan dan makna akan sangat penting disini. Ini erat kaitannya dengan keberhasilan. Menciptakan visi sebagai salah satu kunci keberhasilan takkan lepas dari tujuan dan makna pribadi.



Kita semua memiliki pikiran-sadar dan bawah sadar. Koridor tujuan pribadi kita berada pada pikiran-sadar, sedangkan untuk makna pribadi seringkali berada pada koridor pikiran bawah-sadar. Fungsi dari pikiran-sadar ialah mengungkapkan diri pada kerangka logika, misalnya, saat kita berkata, ”Saya sebaiknya mulai belajar malam ini” atau “Saya perlu berlatih menulis”.



Akan tetapi, pikiran bawah-sadar lebih mempedulikan perasaan tentang diri kita.Apakah kita merasa nyaman,bahagia dan aman ? Atau kita merasa sedih,tertekan atau terancam ? Apakah kita merasa percaya diri atau khawatir ? Disinilah konflik terjadi. Untuk menjadi berhasil, Anda perlu memastikan bahwa apa yang Anda inginkan secara sadar dan tak sadar adalah sama.



Anda juga patut memperhatikan pada diri sendiri, maupun orang lain, apabila melihat ketidakcocokan yang jelas terlihat. Perilaku seseorang harus diamati secara terpisah dan dicocokan dengan apa yang dia katakan. Seperti menggelengkan kepala sambil mengatakan “ya”. Maka ada tanda halus tetapi sama jelasnya yang menggambarkan isi pikiran seseorang.



Oleh karena itu, untuk berhasil.Anda harus menciptakan visi masa depan yang jelas yang memacu dalam hidup Anda. Visi membantu Anda memprogram pikiran kita untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.



Jadi, sekarang, lihatlah tujuan yang sudah Anda buat dan bayangkan diri Anda ketika sukses nanti. Bagaimana rupa Anda, perasaan Anda ? Karena dengan demikian akan menjadikannya lebih bermakna. Jika mempunyai visi,berarti Anda mempunyai tujuan, dan jika mempunyai tujuan, Anda menciptakan keteguhan dan kemauan.***


Aan Sopiyan
Sang Pembelajar

25 Jan 2011

Hari Ini...

Blog! What an Amazing world...

Saya sendiri kenal dengan dunia Blog, secara intensif, sejak tahun 2007. Dan baru saja, saya berkunjung ke blog pertama saya. Sebenarnya blog tersebut sampai tahun 2010 kemarin masih eksis. Cuma karena tak terlalu fokus isinya, saya tutup saja. Saya ganti dengan blog yang sekarang kamu sedang baca ini. Dan tulisan singkat dibawah berikut adalah salah satu tulisan yang saya buat dan diposting saat itu juga. Di blog pertama saya.

***

Hari ini...

Adalah sebuah keniscayaan adanya bila setiap saat dari hidup kita merupakan proses pembelajaran. Dari setiap usia kita yang telah kita habiskan tersimpan menjadi sebuah kenangan. Dan dari kenangan itulah manusia bisa menjadi kuat. Menyedihkan bila seseorang mati begitu saja hanya tak bisa membedakan apa itu kenangan dengan derita. Percayalah, tak akan pernah ada derita bila kita percaya dengan kebaikan.

Hidup itu ibarat perahu di lautan. Kemudian kitalah yang mengendalikan perahu tersebut. Sulit memang bila badai-badai datang terus menerjang. Tapi bukankah itu akan membuat kita mengerti akan suatu atau banyak hal. Keberanian, keputusan, ketepatan, kekuatan, dan tujuan.

Kadang kita menepi di suatu tempat yang menyenangkan. Kadang pula tempat itu begitu sepi dan menyedihkan. Tapi bagaimanapun semua tetap harus berjalan. Ada tujuan nyata di depan sana. Kita pun kembali menarik jangkar, melepaskan layar.

Dan saat kita berangkat kembali, saat itu kita merasa yakin kembali. Akan indahnya surgawi nun jauh di sana, atau yang sesaat lagi kita ke sana. Di hari ini…

Cimahi, 24 April 2010

12 Jan 2011

Sempurna Belum Tentu Sempurna

Adalah benar jika apa yang kita lihat tidaklah selalu benar. Bahkan tentang apa yang kita pikirkan pun, bisa jadi, jauh dari yang namanya kebenaran.

Ada dua pertanyaan yang menarik yang saya dapat dari salah satu Milis yang saya ikuti. Coba perhatikan baik-baik pertanyaannya, kemudian jawablah dengan pikiran jernihmu. Pertanyaannya sebagai berikut:


Pertanyaan 1 :
Jika kamu mengetahui seorang wanita hamil, yang sudah memiliki 8 orang anak, 3 diantaranya tuli, 2 diantaranya buta, 1 orang keterbelakangan mental & wanita tersebut terkena sipilis, apakah anda akan merekomendasikan ia untuk melakukan aborsi ?


Pertanyaan 2 :
Sekarang waktunya untuk pemilihan pemimpin dunia baru dan hanya suara anda yg akan dihitung. Berikut ini adalah fakta dari ke tiga kandidat terpilih:


Kandidat A : Bekerja sama dengan politisi yang tidak jujur dan konsultasi dengan astrologis. Ia memiliki 2 istri. Ia juga merokok dan minum 8 - 10 martini perhari.


Kandidat B : Ia dikeluarkan dari kantor dua kali, tidur sampai siang, pemakai opium waktu sekolah dan minum seperempat whiskey tiap malam.


Kandidat C : Ia adalah pahlawan perang, vegetarian, tidak merokok, minum bir kadang-kadang dan tidak pernah selingkuh.


Kandidat mana yang akan kamu pilih?


Oke, mungkin kedengarannya pertanyaan yang pertama terlihat mengada-ngada. Tapi, jika Anda tahu, wanita tersebut ternyata ada. Dan jika Anda menjawab “iya” pada pertanyaan pertama maka sesungguhnya Anda telah membunuh Beethoven. Silahkan koreksi bila saya salah. (:


Bagaimana dengan pertanyaan yang kedua? Apa jawaban Anda? Ah, baiklah.. saya beritahu siapa para kandidat-kandidat tersebut.


Kandidat A adalah Franklin D. Roosevelt. 
Kandidat B adalah Winston Churchill.
Kandidat C adalah Adolph Hitler. 

Silahkan bandingkan dengan jawaban Anda.. Mungkin sebagian dari Anda jadi teringat dengan istilah, “Don’t judge the book by it’s cover.” Jangan nilai sebuah buku dari cover-nya. Maksud lainnya janganlah menilai sesuatu hanya dari apa yang terlihat. Maksud terlihat di sini tentu saja bukan artian dari apa-apa yang bisa dilihat dari mata kita saja. Tapi juga atas apa yang kita dengar dan juga kita rasa.


Mungkin sebagian dari kamu merasa bahwa contoh di atas tidaklah begitu relevan. Tapi, yang saya ingin tekankan adalah yang kelihatan baik tidaklah selalu baik, sebaliknya yang kelihatan jahat tidaklah selalu jahat. Kita harus bijak dalam menilai suatu kehidupan. Nabi Nuh as. yang “amatir” (tanda kutip) membuat Bahtera dan para profesional membuat Titanic. Tetapi manakah yang tengelam?

Well, itu kenapa sesuatu yang kelihatannya sempurna belum tentu sempurna, demikian pula sesuatu yang biasa saja bisa menjadi luar biasa.(*)

Jika kamu melihat sinar matahari, ingat saja, itu tak selalu dari arah Timur.

8 Jan 2011

Sedih dikala Pernikahan

undangannikahku.wordpress.com
Bisa jadi kedua mempelai yang dahulu menunggu detik-detik memadu kasih itu, kini berbahagia. Meski lelah menderanya namun mereka tetap mampu tersenyum. Senyum yang tetap mengembang di wajah mereka hingga tamu terakhir. Berhari-hari, berbulan-bulan bahkan hitungan tahun sudah mereka menunggu hari bahagia ini. Mungkin orang tua si gadis yang baru saja menuntaskan kewajiban terakhirnya dengan mendapatkan lelaki yang akan menggantikan perannya membimbing putrinya untuk langkah selanjutnya setelah hari pernikahan. Atau bahkan ibu pengantin pria yang terlihat terus menerus sumringah, ia membayangkan akan segera menimang cucu dari putranya. “Aih, pasti segagah kakeknya,” impinya.

Saya lihat para tamu yang hadir dalam pesta tersebut tak luput terjangkiti aura kebahagiaan pula, itu nampak dari senyum, canda, dan keceriaan yang tak hentinya sepanjang mereka berada di resepsi pernikahan ini. Bagi sanak saudara dan kerabat orang tua kedua mempelai, bisa jadi momentum ini dijadikan ajang silaturahim, kalau perlu rapat keluarga besar pun bisa berlangsung di sela-sela pesta. Sementara teman dan sahabat kedua mempelai menyulap acara pernikahan itu menjadi reuni yang tak direncanakan. Mungkin kalau sengaja diundang untuk acara reuni tidak ada yang hadir, jadilah reuni satu angkatan berlangsung. Dan satu lagi, bagi mereka yang jarang-jarang menikmati makanan bergizi plus, inilah saatnya perbaikan gizi walau bermodal uang sekadarnya di amplop yang tertutup rapat.

Walau nyaris tak ada hadirin yang terlihat sedih atau menangis di sini, kadang ada air mata juga yang tertuang. Air mata kebahagiaan. Hmm.. kalau pun ada, mungkin hanya mereka yang sakit hati karena pria pujaannya tidak menikah dengannya. Atau para pria yang sakit hati lantaran wanita idamannya dipersunting pria yang kini bersanding dengan si wanita. Namun tetap saja tak terlihat di pesta itu, mungkin mereka meratap di balik dinding kamarnya sambil memeluk erat gambar pria yang baru saja menikah itu. Dan pria-pria sakit hati itu hanya bisa menggerutu dan menyimpan kecewanya dalam hati ketika harus menyalami dan memberi selamat kepada wanita yang harus mereka relakan menjadi milik pria lain.

Apa benar-benar tidak ada yang bersedih di pesta itu? Semula saya mengira yang paling bersedih hanya tukang pembawa piring kotor. Yang pernah saya tahu, mereka hanya mendapat upah sepuluh atau dua puluh ribu rupiah saja, plus sepiring makan gratis untuk ratusan piring yang ia angkat. Puluhan ribu rupiah yang diterima setelah semua tamu pulang itu, sungguh tak cukup mengeringkan peluhnya. Sedih? Mungkin saja.

Tak lama kemudian saya benar-benar mendapati orang yang lebih bersedih di resepsi pernikahan ini. Mereka memang tak terlihat ada di acara, juga tak mengenakan pakaian bagus lengkap dengan dandanan yang tak biasa dari keseharian di hari istimewa bagi kedua mempelai. Mereka hanya ada di bagian belakang dari gedung tempat pesta berlangsung, atau bagian tersembunyi dengan terpal yang menghalangi aktivitas mereka di rumah si empunya acara. Mereka lah para pencuci piring bekas makan para tamu terhormat di ruang pesta.

Bukan, mereka bukan sedih lantaran mendapat bayaran yang tak jauh berbeda dengan pembawa piring kotor. Mereka juga tidak sedih hanya karena harus belakangan mendapat jatah makan, itu sudah mereka sadari sejak awal mengambil peran sebagai pencuci piring. Juga bukan karena tak sempat memberikan doa selamat dan keberkahan untuk pasangan pengantin yang berbahagia, meski apa yang mereka kerjakan mungkin lebih bernilai dari doa-doa para tamu yang hadir.

Air mata mereka keluar setiap kali memandangi nasi yang harus terbuang teramat banyak, juga potongan daging atau makanan lain yang tak habis disantap para tamu. Tak tertahankan sedih mereka saat membayangkan tumpukan makanan sisa itu dan memasukkannya dalam karung untuk kemudian singgah di tempat sampah, sementara anak-anak mereka di rumah sering harus menahan lapar hingga terlelap.

Andai para tamu itu tak mengambil makanan di luar batas kemampuannya menyantap, andai mereka yang berpakaian bagus itu tak taati nafsunya untuk mengambil semua yang tersedia padahal tak semua bisa masuk dalam perut mereka, mungkin akan ada sisa makanan untuk anak-anak di panti anak yatim tak jauh dari tempat ini. Andai pula mereka mengerti buruknya berbuat mubazir, mungkin ratusan anak yatim dan kaum fakir bisa terundang untuk ikut menikmati hidangan dalam resepsi pernikahan yang sangat berbahagia ini. (*)

Tulisan dari blog tetangga dengan sedikit perubahan.
Semoga bermanfaat, semoga Allah memberkahi
Allah Yubaarik Fiik.

Aan Sopiyan

1 Jan 2011

Waktu dan Usia


Assalamu'alaikum, Selamat pagi, siang, atau sore bahkan malam sekalipun! Tergantung Anda baca postingan ini kapan ya ^_^.. Dan, selamat tahun baru Masehi - bagi yang merayakannya dengan senantiasa bermuhasabah atau merenungi diri. Semoga di tahun baru ini menjadikan diri kita semakin baik lagi. Amin

Jika kita bicara tahun, tentunya kita harus bicara soal waktu juga. Kita semua tahu, bahwa sang waktu ternyata tak bisa kompromi terhadap siapapun. Anda orang baik atau jahat, orang beruntung atau orang yang rugi adalah sama saja bagi sang waktu. Jatahnya sehari adalah 24 jam, 1 jam adalah 60 menit, dan 1 menit adalah 60 detik, serta 1 detik adalah sepersekian detik. Begitu seterusnya.. So, mau jadi baik atau jahat, jangan ngomong sama waktu. Karena waktu tak mau tahu Anda berbuat apa. Jangan katakan, "saya akan tobat nanti saja kalau sudah tua!". Atau, "mumpung masih muda.. lakukan saja sebebas-bebasnya!". Hmm.. itu adalah orang-orang yang selalu melandaskan hidupnya hanya pada waktu.

Padahal, kalau mau kita pikir lagi lebih dalam, sang waktu itu sebenarnya hanya sebuah simbol dari absurditas kehidupan. Kita tak pernah tahu kapan waktu itu benar-benar bermula dan kapan waktu itu benar-benar berakhir. Hanya Tuhan Yang Maha Tahu. Kita tak pernah benar-benar tahu tentang hari esok, satu jam mendatang, bahkan satu detik kemudian pun kita tak yakin.

Yang mungkin kita tahu (saya katakan mungkin lho!) hanya tentang MASA LALU kita dan yang "jauh tapi dekat" di depan sana, dan ini pasti bukan mungkin lagi, ialah KEMATIAN. Nah, diantara masa lalu dan kematian itulah kini kita hidup. Hidup yang penuh dengan absdurditas.

Jika Anda berpikir, "perasaan pernah ada hal yang semacam ini deh?!". Iya benar sekali, pernah dengar Imam Ghazali, khan? Jadi, Imam Ghazali pernah bertanya kepada para muridnya, "apa yang paling jauh di dunia ini?". Di jawablah oleh para muridnya dengan jawaban bermacam-macam mulai dari negeri China, Bulan, Matahari dan Bintang-bintang. Tapi kata Sang Imam, "yang paling jauh ialah MASA LALU".

Lalu, bertanya lagi Sang Imam, "apa yang paling dekat?". Murid-murid menjawab, "orang tua, guru, kawan, dan sahabatnya". Dan jawaban Imam Ghazali ialah, "KEMATIAN". Yuk, kita pikirkan baik-baik apa kata Imam Ghazali itu..

"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran". [QS. Al-Ashr (103) : 3]

Bicara soal waktu, kita harus bicara soal usia pula. Sebab, dalam gemuruhnya pergantian tahun masih ada refleksi kecil tentang usia, yakni rasa syukur kepada Tuhan yang masih memberikan kita nikmat usia. Masih bisa merasakan nikmatnya sinar mentari pagi atau indahnya harmoni alam bersama dengan keagungan Tuhan yang lainnya.

Kalau kita mau lebih memperhatikan, ternyata hampir setiap hari ada saja yang berulang tahun. Well, setiap hari spesial, bukan? Selalu ada yang berbahagia setiap harinya. Namun demikian, tak mesti kita selalu menunggu hari ulang tahun kita untuk berbahagia.

Bicara soal usia, susah-susah gampang. Konon, di dunia belahan barat sana, bertanya tentang usia pada seorang wanita dianggap tak pantas. Entah mengapa demikian, ini sama seperti kita bertanya tentang isi dompet seorang lelaki.. hehe (:

Siapa yang tak suka bila kita dikata, "aduh, awet muda ya!". Atau, "usia ke berapa ya? Kok gak kelihatan tua..". Ah, sebagian umum orang-orang mungkin akan senang dengan ungkapan seperti itu. Ya, walau terkesan biasa saja dan cenderung basa-basi, tapi ini cukup untuk membuat seseorang tersenyum senang. Terlepas jika ungkapan tersebut di utarakan sebagai sindiran. Toh, suka tak suka, mau tak mau, setiap kali kita bangun pagi usia kita bertambah. Dan saat orang lain melihat kita tampak lebih muda, AMIN-kan saja.

Sekian!
Maaf kalau aneh artikelnya.. Barakallahu Fi Umrik. Amin ^_^

Cimahi, 01 Januari 2011