31 Mei 2011

Lilin Kecilku, Catatan Penghujung Mei

Lilin Kecilku by Mr-Aan
Lilin Kecilku, a photo by Mr-Aan on Flickr.
Baru saja malam tampak lebih gelap, tidak seperti biasanya. Maklum saja, baru sempat merasakan kembali mati listrik di rumah. Sebenarnya tidak hanya dirumahku saja, tapi saat tengok ke luar-rumah pun semua nampak gelap. Gelap gulita. Hanya sekilas cahaya lilin saja yang menerangi setiap rumah-rumah. Udara dingin, angin semilir yang sempat menerpa tubuh menambah kelengkapan malam ini. Tapi kok rasanya sangat indah ya ... jadi ada perasaan yang mendalam. Entah rasa apa itu ...

*** 
Hidup kita selalu penuh dengan hal-hal yang tak terpikirkan. Kita berencana Allah pula yang menentukan. Sebagian dari kita kadang berkata, "Ini tak adil ... !". Ah, masa iya hidup ini tak adil? atau justru kita sendirilah yang seringkali membuat ketimpangan di dunia ini? Padahal sebenarnya, selalu bahwa Allah punya cara sendiri yang lebih baik dalam menentukan.

Dalam kegelapan, setitik cahaya tampak lebih bisa berarti. Sedangkan untuk menjadi gelap tidak memerlukan sekecil apa pun cahaya. Sama seperti hati ini. Hati yang gelap, kosong, dan dingin barangkali hanya tinggal memerlukan sedikit cahaya saja. Harus tetap ada sebuah pengharapan. Pengharapan agar bisa berubah, agar bisa menemukan jawaban-jawaban penting dalam hidup.

Kalau keluarga kamu menyebalkan, kamu gagal di sekolah atau kuliah, di kantor atau ditempat lainnya juga, dan satu-satunya hubungan baik yang kita punyai adalah sama kucingmu (dan belakangan ini dia juga mengecewakanmu lagi). Peliharalah pengharapanmu!

Pokoknya jangan sampai kamu berkecil hati deh! Sependek apa pun, sekecil apa pun, dan sesulit apa pun, nyalakanlah lilinnya. Biarkan lilin kecil itu tetap menjadi pengharapanmu. Apa? Tidak ada lilin?! Ya, pokoknya carilah cahayamu.

Selamat malam, besok bulan baru lagi lho! (*)

Lilin Kecilku (Photo: @nsopiy, 31 Mei 11) 
Cahaya Lilin (Photo: @nsopiy, 31 Mei 11)

29 Mei 2011

Trip to Pantai Ujung Genteng

Kalau kamu mau meluaskan hatimu, maka bermain dan bertafakurlah tentang alam. Lihatlah betapa luasnya alam ciptaan Tuhan dan hatimu pun akan seluas lautan, bahkan lebih dari itu. Setelah dua pekan yang lalu bertafakur dengan naik kaki gunung Burangrang (lihat disini), Alhamdulillah, kemarin (Sabtu, 28 Mei 2011) berkesempatan kembali untuk tafakur alam. Bukan ke atas gunung, tapi ke kawasan pantai. Tempatnya di daerah paling selatan Sukabumi, Jawa Barat. Tepatnya di Pantai Ujung Genteng, kabupaten Sukabumi.

Pantai Ujung Genteng, Kabupaten Sukabumi. (Photo: @nsopiy, 28/05/11)
Perjalanan ke sana tidaklah mudah. Tidak hanya jarak yang jauh (dari Bandung) hingga menghabiskan waktu sekitar + 7 jam perjalanan, tapi juga kondisi jalan yang tidaklah mulus akan membuat perjalan semakin menuntut kita untuk ekstra-sabar. Namun demikian, dengan menikmati proses perjalanannya dan saat kita telah tiba di tempat tujuan, di sana akan kita temukan keindahan dan keajaiban yang tak akan terlupakan begitu saja.

Ujung Genteng #1 (Photo: @nsopiy, 28/05/11)
Ujung Genteng #2 (Photo: @nsopiy, 28/05/11)
Ujung Genteng #3 (Photo: @nsopiy, 28/05/11)
Bening Pantai Ujung Genteng (Photo: @nsopiy, 28/05/11)
Bebatuan yang ada di Pantai Ujung Genteng (Photo: @nsopiy, 28/05/11)
Ini sama saja seperti kehidupan. Bahwa untuk mendapatkan sesuatu yang indah dan berharga, maka akan selalu ada proses yang harus dilalui dan seringkali itu tak selalu mudah.

Have a nice weekend, selamat liburan! (*)

27 Mei 2011

Embun Pagi

Embun by Mr-Aan
Embun, a photo by Mr-Aan on Flickr.
Biarkan aku berdiam diri
berpasrah menepi..
meratapi menghindari peri-peri.

Pagi lagi
tanpa sendumu
aku bebas!
namun mati tetap ada di hati
tapi pergilah dirimu jauh
biarkan
pelangi mewarnai
warna-warna hati

aku mau..
suka cita.

aku ingin..
bahagia.

aku butuh..
CINTA.

di Pagi INI !

15 Mei 2011

Bersatu Dalam Cinta

Didalam budaya keluarga besar kami tidak ada istilahnya perayaan, bahkan pesta ulang tahun. Jadi, jangan heran jika sejak kecil aku tidak pernah merayakan hari yang kata setiap orang, bisa jadi, adalah hari yang paling bersejarah dalam hidupnya.

Aku tidak bersedih hati karena itu. Lagi pula, bagiku esensi dari hari ulang tahun bukanlah kemeriahan pesta untuk hanya sekadar berfoya-foya atau bersenang-senang tanpa makna dalam kemeriahan semata. Esensinya adalah rasa syukur kita sebagai pribadi yang dilahirkan ke dunia ini sebagai insan.

Toh hari ini pun aku bisa bahagia. Hidup dengan sahabat-sahabat bisa membuatku lebih berarti. Lebih bisa memaknai kehidupan. Ya, aku punya keluarga di rumah, selebihnya aku punya banyak sahabat di luar sana. Mungkin jauh secara fisik, tapi dekat di hati ini.
Kita hidup dengan waktu kita masing-masing,
meski takarannya sama. Tapi yang terbaik adalah yang paling bisa bermanfaat.

Memanfaatkan waktu, untuk bahagia bersama sesama.

Hidup sendiri, seakan menanti mati.
Hidup bersama, selalu lebih utama.

Bersahabatlah. Mencintailah!

We Are Friends (ansopiy's photo)

Ibarat pepohonan, cinta tumbuh dari bakal yang ditanam, kemudian berkembang, dan berbunga serta berbuah. Untuk tumbuh dengan baik harus ditanam dilahan yang subur. Ketahuilah, lahannya cinta adalah hati. Pupuklah hati dengan kasih dan sayang, juga pengertian.

Cinta pula butuh kehangatan dan kesejukan. Layaknya pohon membutuhkan matahari dan kesejukan udara. Berilah ia kehangatan dalam menerima kekurangan dan perbedaan. Juga kesejukan dalam memberikan dorongan semangat saat kita tahu sahabat kita dalam kesulitan.

Genggam Tanganku (ansopiy's photo)

Sangat senang sekali saat banyak sahabat banyak mengucapkan Selamat Milad (hari lahir, ulang tahun) tadi siang. Melaui SMS, Facebook, Calling by phone, atau secara langsung bertemu mereka memberikan selamat dan doa. Aku sadar masih belum menjadi teman atau sahabat yang baik bagi mereka. Lantas dari itulah ada kesadaran baruku tentang kehidupan: sahabat yang baik tidak melihat sahabatnya sering berbuat salah, mengecewakan, atau bahkan memiliki kebodohan. Melainkan sahabat yang baik tahu bagaimana bisa merubah sahabatnya dengan tidak menilai kekurangannya, tapi justru menerima segala kebaikannya dan membantu mengubah kekurangan dengan cinta. Sahabat yang baik bersatu dalam cinta dengan sahabatnya.

Ingat saja, cinta dapat tumbuh besar memang perlu waktu, yang tak lain adalah kesabaran. Ia juga perlu kemauan untuk berbagi. Ketika sudah cukup besar, maka bermekaranlah bunga-bunga empati yang indah mempesona, serta bunga kasih yang harum semerbak. Hingga akhirnya buah-buah kebahagiaan muncul di dalam hati, pelepas dahaga bagi keringnya jiwa.(*)

Aan Sopiyan
Cimahi, 15 Mei 2011

8 Mei 2011

Harmoni Alam

IikCapture The Pic'sDua SajaLook AheadLooks to the RightCoba Memahami
BerjayaIik Insanul ArifinHorisonGaris AlamSusu Murni

Harmoni Alam, salah satu album di Flickr.
Di desa Pasir Lungu, Kabupaten Bandung. Saat survey tempat guna Kopdar ala Hiking komunitas Blog Of Friendship a.k.a BLOOF.

Photo bukanlah gambaran tujuan akhir, yaitu Kaki gunung Burangrang. Tapi merupakan gambaran kecil dari jalan yang akan dilalui menuju ke sana.(*)

Ahad, 08 Mei 2011
Aan Sopiyan

7 Mei 2011

Curhat Pernikahan

“Akh, kalau ada akhwat yang saat ini ngajak nikah sama antum, antum siap?”

Termenung. Dan tak tahu harus jawab apa, “Hmm, gimana ya?”. Mungkin tergantung siapa dulu akhwatnya. Kalau cantik, solehah, mau menerima saya apa adanya: kenapa tidak? Begitu bisik dalam hati. Ah, saya merasa tidak tahu perasaan saya yang sesungguhnya kalau ditanya tentang pernikahan. Antara mau dan ragu. Antara siap dan penuh pertimbangan.

Ilustrasi Wanita Solehah, Aisha - Ayat-ayat Cinta

Lantas, saya jadi teringat oleh salah seorang wanita mualaf yang pernah muncul di layar kaca. Ia berprofesi sebagai model dan hadir dalam salah satu acaranya Mario Teguh di TVOne sekitar 2 tahun lalu saat lebaran (Tahun 2009). Seingatku namanya Davina. Saya searching di Google ternyata ketemu juga sekilas profile-nya, bisa di lihat di sini.

Davina Veronica (sumber: id.wikipedia.org)
Saat itu Mario Teguh minta kepada Davina bertanya apa saja pada dirinya. Kemudian setelah berpikir sejenak Davina bertanya, “Apakah seorang wanita harus menikah?”

Loh? Saya sedikit aneh mendengar pertanyaan itu keluar dari mulut model cantik itu. Namun begitu, saya harus memaklumi bahwa bagaimanapun, mungkin, bagi Davina bila kita sudah bahagia dengan diri kita saat ini apakah lantas harus menikah juga?

Lagi pula, bagi saya sendiri saya sangat bersyukur telah dilahirkan langsung dalam kondisi muslim. Berbeda dengan Davina yang harus merasakan bagaimana mendalami kondisi spiritual hingga bisa memutuskan untuk menjadi mualaf. Tentu ada perasaan-perasaan yang belum pernah saya rasakan. Ini berkaitan dengan keyakinan dan yang namanya keyakinan, bagi saya, ini adalah hal paling penting dalam aspek-aspek kehidupan kita.

Lalu, apa kata Mario Teguh? Saya sendiri lupa-lupa ingat tentang apa yang dikatakan Mario Teguh. Ah, biar gak pusing saya searching lagi di Google deh. Dan ternyata ada juga yang posting tentang moment Mario Teguh dan Davina ini di sini. Ya, dengan tutur bahasanya yang baik Mario Teguh menjawab pertanyaan Davina itu seperti ini :

Mario Teguh (sumber: Google Gambar)
“Bayangkanlah Davina puluhan tahun yang akan datang, apakah Davina lebih memilih menjadi seorang nenek atau seseorang yang Nampak seperti nenek ? Keduanya sangat berbeda. Seorang nenek bisa kaya bisa miskin, tapi dia sedang duduk di rumahnya di hari lebaran menantikan cucu-cucunya datang, pinggangnya sudah sering encok dan dinginnya udara sudah menusuk tulang, tapi dia akan bahagia karena akan ada tangan- tangan muda anak atau cucunya yang akan mencium tangan si nenek dan menghangatkan hati si nenek. Tapi seseorang yang hanya Nampak seperti nenek akan duduk sendiri di hari lebaran, kesepian, tak ada seseorang untuk dinanti.” Lalu Davina yang Nampak sangat independent itu berkata “ Bagaimana kalau saya bisa memastikan bahwa saya tidak akan kesepian?” Well, dan Mario Teguh pun mencoba meyakinkan Davina bahwa menikah lebih baik daripada tidak menikah.

Saya pribadi sepakat dengan Mario Teguh bahwa yang menikah lebih baik daripada tidak menikah. Saya adalah seorang muslim yang terus berusaha menjadi seorang muslim yang baik sesuai tuntunan Allah SWT melalui Rasul-Nya. Dalam hadits pula dikatakan bahwa dengan menikah maka kita telah menggenapkan atau menyempurnakan agama.
“Jika seorang hamba menikah, maka sesungguhnya ia telah menyempurnakan setengah dari agamanya. Oleh karena itu, bertakwalah kepada Allah untuk menyempurnakan sebagian lainnya” (HR. Baihaqi dengan sanad hasan).

* Bersambung ya.. nanti lanjut lagi deh curhat saya tentang pernikahan. Insya Allah.. :D *

Cimahi, 07 Mei 2011
Di rumah orangtua tercinta.

4 Mei 2011

Kasih

Ibu Teresa - Gambar Google



Sungguh, kasih menyembuhkan semua orang, baik yang menerima maupun yang memberikannya. Kasih membebaskan dan membuat gembira.

Seorang wartawan Amerika Serikat melihat ibu Teresa menyuap seorang pengemis kotor dan compang-camping di Calcuta. Ia ternganga, lalu berseru, "Diberi seribu dollar pun saya tak sudi melakukannya." Dengan tenang Ibu Teresa menjawab, "Saya pun tak mau." (*)