Terima Kasih

Sesuai dengan budaya kita, kata “terima kasih” merupakan salah satu kata yang cukup sering digunakan. KBBI mengelompokkan kata ini sebagai kata benda (nomina) dan memerikan maknanya sebagai “rasa syukur”.

Kata ini adalah kata majemuk, atau kadang disebut gabungan kata, yang tersusun dari kata “terima” dan “kasih”.

Kata “terima” mengandung makna, yaitu “menyambut atau mendapat sesuatu”, sedangkan kata “kasih” merupakan homonim dengan dua makna: (1) perasaan sayang; (2) beri, memberi.

Lalu bagaimana kata ini bisa terbentuk atau adakah sejarah yang mengawali penemuan yang bisa menjelaskan kata majemuk ini terbentuk? Hmm.. Entahlah.

Kita ambil saja bahwa makna “kasih” adalah pada makna keduanya. Jadi, kita maknai kata majemuk ini dengan makna “menyambut pemberian”.

Mari kita berterima kasih, bersyukur atas segala pemberian dan segala ketetapan. Bagi saya sendiri, mana mungkin saya tak bersyukur bisa hidup di zaman ini.

Terima kasih saya kepada Allah Subhanahu wa ta'ala, atas segala ketetapannya. Salam dan sholawat kepada junjungan kami Rasulullah Muhammad Sholallahu'alaihi wasallam. Juga untuk para sahabat beliau.

Untuk ke dua orangtua, saudara-saudari, dan kawan-kawan yang saya kenal, atau pun untuk yang tidak saya kenal hingga berkehendak berkunjung dan membaca "ruang" ini. Saya ucapkan terima kasih, terima kasih, terima kasih.

Lantas, tidak ada salahnya pula saya ucapkan terima kasih juga untuk Bpk. Leonard Kleinrock, yang berhasil menemukan Internet.

Terimakasih banyak ya Allah, gara-gara eksperimen sukses bapak Klein (mengutip kata-katanya ibu Tatty Elmira) kita bisa membuat blog sebagai penyambung lidah rakyat nan berkehendak,  untuk menuliskan apa-apa yang tak kuasa terucapkan, menyampaikan apa yang mestinya kita teriakkan, serta menyampirkan sebagian dokumentasi dalam langkah kehidupan.

Iya, semoga pula ruang ini dapat memberi manfaat pada siapapun yang membacanya, minimal jadi bahan renungan kala tersentuh, atau sekedar penghibur bila dianggap lucu.

Pada pagi hari Tuhan tidak pernah seperti terkejut dan bersabda, “Hari baru lagi!”; Ia senantiasa berkeliling merawat segenap ciptaan-Nya dengan sangat cermat dan hati-hati tanpa memperhitungkan hari.
Ia, seperti yang pernah kaukatakan, tidak seperti kita sama sekali.
Tuhan merawat segala yang kita kenal dan juga yang tidak kita kenal dan juga yang tidak akan pernah bisa kita kenal. - Sapardi Djoko Damono


Salam,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Hargai pembaca lain dengan berbahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu. Terima kasih.