30 Des 2010

Bebaskan Diri dari Depresi

Repost:
Wanita Depresi (inmagine)
VIVAnews – Putus cinta, terkena PHK, atau tidak lolos seleksi masuk kerja, dapat memicu depresi bila Anda tidak mampu mengelola kesedihan yang dialami. Depresi, selain membuat suasana hati terpuruk, juga bisa menimbulkan pikiran untuk melakukan aktivitas fatal yang merugikan diri sendiri.

Karena itu, bila Anda mengalami depresi, jangan lama-lama larut dalam perasaan. Segeralah bangkit. Percayalah, Anda pasti bisa! Untuk membantu mencapainya, terlebih dulu artikel ini akan menguraikan lima pengetahuan mendasar mengenai depresi dan menjelaskan bagaimana menanganinya dengan memanfaatkan energi Anda sendiri, dikutip dari Methods Of Healing.

- Membuka diri

Depresi bisa disebabkan trauma masa kecil, misalnya pernah mengalami kekerasan fisik, seksual, atau emosional oleh orang tua, saudara, atau anak-anak lain. Pengalaman seperti itu bisa mempengaruhi pribadi seseorang menjadi tertutup, perasaan terisolasi, dan menjauh dari teman-teman serta keluarga, dan tidak bahagia.

Bila perasaan seperti itu terus-terusan dipelihara, Anda sendirilah yang rugi. Jadi, sebaiknya mulai sekarang, temukanlah teman-teman baru, peliharalah dan tingkatkan hubungan yang sudah ada dengan sehat. Memang, hal ini tidak mudah dilakukan. Tapi percayalah, lama kelamaan bila Anda membuka diri untuk orang lain, Anda akan menemukan diri Anda lagi.

- Perhatikan hal-hal baik

Kebanyakan orang yang dikuasai depresi biasanya selalu menilai segala sesuatu dari sisi buruk. Mereka tidak mampu menangkap kebaikan-kebaikan dari luar dirinya. Sekarang, cobalah mengurangi rasa curiga terhadap banyak hal, dan berusaha bersikap positif. Ini adalah cara sederhana untuk mulai mengisi pikiran Anda tentang kehidupan menyenangkan.

Setelah Anda melihat orang lain bersikap baik terhadap satu sama lainnya, sekarang mulailah mengakui adanya kebaikan dari orang lain.

Seiring dengan mengenali kebaikan dalam diri orang lain, mulai juga dengan melihat keindahan di sekitar Anda. Anda tidak harus pergi ke tempat-tempat rekreasi mahal. Anda bisa mengagumi, misalnya keindahan garis-garis bangunan, kesibukan orang di jalan, kesibukan orang bekerja, bunga-bunga kecil yang menyembul di trotoar dan banyak lagi.

Biarkan indera Anda belajar untuk menemukan keindahan lagi. Biarkan hati mulai menerima bahwa Anda pantas mendapatkan keindahan dalam hidup. Perhatikan hal-hal baik di sekeliling Anda dan menjadi bahagia bersama mereka.

- Merawat penampilan

Depresi akan mengurangi perhatian Anda terhadap perawatan tubuh, bahkan bisa sama sekali tidak peduli. Ini terjadi karena Anda merasa menjadi pribadi yang tidak layak untuk dirawat.

Setidaknya, cobalah tetap rutin mempertahankan perawatan dasar, seperti mandi, mencukur, menggunting kuku, dan memakai deodorant. Ini dapat membantu Anda merasa tetap menjadi manusia. Selain itu, bersih dan berbau harum juga akan membuat orang lain menilai positif diri Anda.

Untuk membangkitkan semangat diri, cobalah olahraga jalan kaki setiap hari atau pergi ke gym. Aktivitas ini dapat membantu mulai memperhatikan diri. Lalu, Anda akan menemukan keajaiban tentang diri Anda.

- Curahkan perasaan ke jurnal

Tahukah Anda, sering menuliskan hal-hal yang membuat Anda marah akan memiliki efek menenangkan. Jadi, Anda tidak perlu membayar mahal untuk pergi ke terapis, cukup mencurahkan perasaan Anda ke jurnal harian, efeknya sama, beban menjadi lebih ringan.

Anda dapat menulis jurnal dengan tangan, ketik ke komputer, atau merekam suara diri Anda. Tetapi, pastikan bahwa Anda bisa secara bebas mengungkapkannya. Jurnal Anda benar-benar pribadi dan untuk Anda saja.

Ketika Anda merasa memiliki tempat aman untuk mencurahkan masalah, Anda akan terkejut bahwa kelak Anda akan mampu memilah-milah masalah Anda sendiri, atau setidaknya mengidentifikasinya. Dengan demikian, Anda bisa menanganinya satu persatu.

- Mendorong spiritualitas

Depresi memberitahu Anda bahwa hidup ini tidak berarti, tanpa harapan, dan gelap. Untuk menyangkalnya membutuhkan banyak usaha, dan belajar untuk bersandar pada kekuatan yang lebih tinggi. Kekuatan ini juga akan mengingatkan Anda bahwa masih ada harapan, makna, dan alasan mengapa Anda ada.

Orang yang sedang depresi mungkin tidak tertarik pergi ke tempat ibadah, tetapi banyak orang yang telah berhasil mengatasi depresi dengan mengembangkan hubungan dengan Tuhan.

24 Des 2010

Senyum


Tapi senyum tak kenal nama... 

Tak kenal usia... 

Tak kenal sudah kenal atau belum kenal.... 

senyum ya senyum.. 

senjata paling ampuh untuk membombardir pertahanan lawan sehingga lawan mau mengibarkan bendera putih 

dan akhirnya pun membalas serangan dengan senyuman....






22 Des 2010

Allah, Hanya Engkau Yg bisa membalas Jasa Ibu

“An, tos tuang teu acan?” Kata ibuku -dalam bahasa sunda- ketika aku baru saja sampai di rumah. Aku segera beranjak memasuki kamarku. Sudah rapi. Ah ibu, aku berusaha pulang cepat hari ini agar aku bisa merapikan kamar. Terakhir tadi pagi kutinggalkan kamarku, berserakan dengan buku-buku dan baju-baju cucian.

“Reureuh heula weh atuh, cape tos damel mah”, ucap ibu. Dan aku hanya bisa tersenyum memandangi wajah keriput ibuku. Diusianya yang lewat setengah abad, ibuku termasuk wanita yang sehat. Beliau masih mampu mencuci baju semua anggota keluarga.
Aku ingat sebuah pepatah “Seorang ibu bisa mengurus sepuluh orang anak, tapi sepuluh orang anak belum tentu mampu mengurus seorang ibu” . Ah, dan diusiaku yang beranjak dewasa, aku merasa belum pernah sekalipun membahagiakannya.

Sebagai makhluk Tuhan yang luar biasa dan pantas kita sayangi dengan sepenuh hati, ibu berperan penting dalam kehidupan kita. Berkat peran ibulah kita terbentuk menjadi diri kita saat ini, yang mempunyai ciri khas, kemampuan, kecerdasan, karakter serta sifat kita yang lainnya.

Kasih anak sepanjang jalan, kasih ibu sepanjang hayat. Apapun yang sudah kita buat belum apa-apa dibandingkan dengan kasih sayang ibu yang telah diberikan pada kita. Ya Alloh  curahkan kasih sayang-Mu pada kedua orang tuaku, teramat khusus untuk ibu. Hanya Engkau yang mampu membalas semua jasa-jasa ibu.

Allahummaghfirlanaa wali-waalidainaa warhamhumaa kamaa rabbayanii shaghiiraa. Amiin


Bandung, 22 Desember 2010
Selamat Hari Ibu.. (:

***

Catatan kaki :
An, tos tuang teu acan? = An, sudah makan belum?

Reureuh heula weh atuh, cape tos damel mah = Istirahat dulu saja, cape kalau sudah bekerja


15 Des 2010

Kearifan Cinta

CINTA yang dibangkitkan

oleh khayalan yang salah

dan tidak pada tempatnya

bisa saja menghantarkannya

pada keadaan ekstasi.

Namun kenikmatan itu,

jelas tidak seperti bercinta dengan kekasih sebenarnya

kekasih yang sedar akan hadirnya seseorang
 
-- Jalaludin Rumi

14 Des 2010

Dari Menulis


Dari menulis, saya mencoba berpikir dan menuangkan berbagai ide-ide, inspirasi, dan hikmah-hikmah kehidupan. Apapun itu, rasanya jiwa ini senantiasa merasakan kedamaian saat menulis.. berbicara dengan sisi lain dalam kehidupan kita betapa membuat semakin memperlembut hati ini. Insya Allah..


10 Des 2010

Mulai Melangkah



Seringkali yang menggagalkan cita-cita besar kita bukanlah orang lain.

Tapi justru diri kita sendirilah pelakunya.

Anda tak akan pernah sampai pada tujuan jika Anda masih duduk terdiam menunggu apa yang terjadi selanjutnya.

Ingat, hal yang baik bisa jadi akan datang pada orang yang mau menunggu.

Tapi tidak pada yang menunggu terlalu lama. Mulailah melangkahkan kaki sekarang juga.


***

4 Des 2010

Suami yang lelah pulang kerja

Suatu hari sepasang suami(S) istri(I) bertengkar.

S: "Aduh..pulang kantor ini saya capek sekali nih ....!"

I: "Emangnya kamu aja yang capek ..! Aku di rumah juga capek...!"

Pada malam hari menjelang tidur sang suami mohon kepada Tuhan.

S: "Ya..Tuhan yg Maha Kuasa aku lelah/bosen nih... jadi suami kerja dikantor.. Aku mohon jadikanlah aku sbg istriku dan istriku ubahlah jadi aku (laki-laki).

Tuhan: :) ..tersenyum

Esoknya permohonan sang suami dikabulkan.. dia berubah jadi istrinya. Subuh dia bangun menyiapkan makanan utk suaminya (sang istri). Lalu menyetrika baju utk suami dan anaknya, kemudian memandikan anak-anak. Jam 6:30 memakaikan pakaian anaknya untuk sekolah. Setelah suami dan anaknya berangkat, dia mencuci baju hari itu, lalu menjemurnya, kemudian dia pergi kepasar utk belanja, tak terasa jam sudah pukul 11 siang dia harus menjemput anaknya. Jam 1 siang di beri makan anaknya dengan nasi bungkus yang dibeli. Selesai makan dia mengangkat pakaian yang di jemurnya lalu di menyetrika sampai jam 4 sore

Tak terasa.. dia belum masak untuk suaminya. Jam 4 dia mulai masak sambil nonton tv telenovela. Jam 5 dia mandikan anaknya. Jam 6 dia mandi. Jam 7 dia nonton TV sambil menunggu sang suami.

Setelah suaminya pulang makan dan tidur lelap, istri (si suami) berdoa:

S: "Ya .. Tuhan yg Maha Pengampun... ampunilah aku.. "Aku tidak tau apa yg aku minta.. mohon kembalikan aku seperti sedia kala "

Tuhan: :) tersenyum saja.."Baiklah akan saya kabulkan..tapi.. "

S: "Tapi apa...? "

Tuhan: "Tapi kamu harus nunggu 9 bulan lagi.. karena tadi malem kamu positif (hamil)"

S: "Oooh ooohh.....tobaaaaat..9 bulan lagiiii...."

MORAL OF THE STORY:
Jangan mengeluh dengan pekerjaan yg telah kita dapat dan jangan iri dengan pekerjaan orang lain...Selalu ada kekurangan dan kelebihan dari apa yang telah kita miliki, jangan mudah iri atas apa yang dimiliki orang lain...

Barakallah Fiikum...

(dikutip dari tulisan di desa sebelah)

.. Milis ..

Jenis humor yang saya sukai adalah yang membuat saya tertawa selama 5 detik, dan berpikir selama 10 menit. - Willian Davis

***

2 Des 2010

Hidup Terlalu Sayang

Hidup terlalu sayang bila kita biarkan rasa sakit di hati berkepanjangan. Kita semua pernah kena tampik atau amarah orang lain. Bahkan kita pernah tidak dihargai atas apa yang kita kerjakan.Ada kesakitan dalam hati kita hingga kita tergerak untuk membalasnya. Rasanya tak ada lagi yang bisa kita percayai atau "lari" adalah pilihan terbaik saat itu.

Hidup ini layaknya pula seperti pohon. Tidak semua daun-daunnya hijau tapi ada pula yang layu dan jatuh berguguran. Tidaklah pula pohon setiap saat menghasilkan buah-buahan yang segar. Inilah hidup, yang tidak selamanya manis terasa. Tak selamanya berjalan lurus namun harus berkelok juga. Tak selamanya naik namun harus turun juga. Mau tidak mau, begitulah hidup..


Everybody hurts, everybody cry. Sometimes .. -The Corrs

***

1 Des 2010

Nampak Sebagaimana Adanya

Kisah yang dialami sepasang suami-istri ini mungkin bisa menjadi bahan renugan bagi kita. 

Alkisah, ada pasangan suami-istri yang baru pindah ke sebuah kontrakan baru di kampung padat penduduk. Setiap pagi di depan rumah mereka banyak orang sibuk mencuci dan menjemur pakaian.

Hari pertama tinggal di tempat baru, sang istri berkomentar, "Aneh,, kenapa orang-orang kalau mencuci pakaian sama sekali tidak bersih. Kotorannya masih tebal begitu."

Seminggu berlalu, dan sang istri selalu berkomentar bahwa cucian warga yang dijemur di depan kontrakan mereka itu masih sangat kotor. Selama seminggu sang suami hanya diam saja mendengar komentar-komentar istrinya. Lalu pada hari ke-8, si istri memberikan komentar lagi seperti biasa.

"Nah, itu baru bersih. Pak, lihat cucian mereka sekarang menjadi bersih sekali. Tapi kenapa kemarin-kemarin cucian mereka begitu kotor ya?" gumam si istri.

"Tadi pagi saya bangun pagi-pagi sekali. Saya bersihkan semua kaca jendela rumah kita sampai betul-betul bersih," jawab suaminya seraya pergi meninggalkan si istri yang masih terperangah.
"If the doors of perception were cleansed, everything would appear as it is – infinite.
- Jika pintu persepsi dibersihkan, segala hal akan nampak sebagaimana adanya – sangat luar biasa."
William Blake

26 Nov 2010

Selintas Doaku


Selalu ada batas waktu dalam kehidupan ini. Sadar atau pun tidak, batas itu senantiasa mendekat. Sayangnnya hanya sebagian saja dari kita yang tahu seberapa dekat kita dengan perbatasan waktu. Sebagian yang lain seolah melupakannya, atau justru mereka benar-benar lupa denga itu semua.

Lihatlah sekeliling kita, waktu telah merubah segalanya. Yang dahulu muda, kini beranjak tua. Yang dahulu elok, kini tak satu pun mau menengok.

Andai dan terus berandai ada dalam benak kita. Ingin semua begini dan begitu. Tak sadar diri ini tak tahu. Selalu dan selalu begitu..

Ya Allah,
aku minta kelurusan niat hanya pada-Mu,
kebenaran dalam beramal atas bimbingan-Mu.
Ya Allah,
Apa-apa yang didapat olehku atas pemberian-Mu, maka ikhlaskan diriku.
Izinkah aku merasakan nikmat bersyukur pada-Mu.
Ya Allah,
ampunilah aku sebagaimana Engkau mengampuni orang-orang beriman,
cintailah aku sebagaimana Engkau mencintai orang-orang yang mencintai-Mu.
Ya Allah,
Maafkan aku bila tak pernah tahu maksud-Mu,
berikan petunjuk dan cahaya-Mu

Bandung, Nopember 2010 

25 Nov 2010

Selamat Hari Guru

Jika kamu bisa membaca dengan baik judul dari postingan ini serta tanpa kesulitan membaca tulisan ini, berterima kasihlah pada gurumu! Ya, hari ini, 25 Nopember, adalah hari guru, especially di Indonesia. Jadi ini bertepatan juga dengan ulang tahun PGRI.

Tapi apa pun itu, kita harus bersyukur pada guru-guru kita.

Abu Umamah ra. berkata : Rasulullah saw. bersabda : “Kelebihan seorang alim daripada seorang ahli ibadah, bagaikan kelebihanku terhadap orang yang terendah di antara kamu”. Kemudian Nabi bersabda pula : “Sesungguhnya Allah dan para Malaikat-Nya dan semua penduduk langit dan bumi hingga semut yang didalam lubangnya dan ikan-ikan selalu mendoakan kepada guru-guru yang mengajarkan kebaikan kepada manusia. (HR. Tirmidzi)

Terima kasih untuk para guruku..

Barangsiapa yang menempuh sebuah jalan guna mencari ilmu niscaya Allah akan memudahkan jalannya untuk masuk ke dalam surga. Sesungguhnya para malaikat betul-betul meletakkan sayap-sayap mereka pada penuntut ilmu karena mereka ridha dengan apa yang dia tuntut. Sesungguhnya seorang alim (orang yang berilmu) itu diminta-ampunkan oleh segala sesuatu sampai ikan-ikan di lautan. Kelebihan seorang alim di atas abid (ahli ibadah) adalah bagaikan kelebihan yang dimiliki oleh bulan di atas bintang-bintang lainnya. Para ulama adalah pewaris para nabi, dan sesungguhnya para nabi tidaklah mewariskan dinar dan tidak pula perak akan tetapi mereka hanya mewariskan ilmu, karenanya barangsiapa yang mengambilnya (ilmu) maka sungguh dia telah mengambil bagian yang sangat besar.” (HR. Abu Daud no. 3642 dan At-Tirmizi no. 2682 dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 6297)

23 Nov 2010

Menjadi Luar Biasa

"Tahukah engkau wahai istriku, esok aku akan dilantik menjadi seorang jenderal pasukan?"

"Lantas ?!"

"Bahkan aku tak pernah berpikir, sebagai orang baru, aku akan menjadi lebih tinggi dari senior-seniorku.."

"Tenanglah sayangku," ucap sang istri, "mulai besok kau adalah jendral maka mulai dari sekarang berpikir dan bertindaklah layaknya seorang jendral"

***

Pada taraf tertentu, Kita semua ingin menjadi besar dan utama di mata orang lain. Kita semua ingin mengukir sejarah dan populer. Lalu, bagaimana untuk menjadi demikian? Berpikir dan bertindaklah layaknya seperti apa yang kita inginkan.

Jika kita disakiti seseorang, jika kita menemui kesulitan atau kegagalan, maka berpikir dan bertindaklah layaknya orang besar dan luar biasa. Jadikan diri kita sebagai orang yang layak untuk menjadi besar.

Orang besar tidak berpikir dan bertindak seperti orang biasa. Mereka tidak kehilangan diri saat gagal. Kegagalan mengajarkan mereka tentang keberhasilan. Mereka berpikir luar biasa, bertindak luar biasa.

Oh ya, bicara soal kegagalan, saya senang dengan kata Lincoln saat ia menjadi presiden setelah sebelumnya ia menemui banyak kegagalan. Kata dia, "tidak ada orang yang cukup baik untuk menjadi presiden, tetapi harus ada yang menjadi presiden".

Hmm, mari putuskan, selamat menjadi besar dan luar biasa!

18 Nov 2010

Sudahkah Saya ?

Sudahkah kita menjadi manusia yang sibuk dan asyik dengan hobby kita tapi tetap shalat berjamaah di mesjid?

hamba yang punya kesempatan berzina tapi takut pada ALLAH?

hamba yang bersedekah padahal sudah berzakat?

hamba yang konsisten taat ditengah badai maksiat?

mari bertanya pada diri kita.. sudahkah saya?

15 Nov 2010

Triple Filter Test

Di Yunani kuno, Socrates terkenal yg sangat terhormat.

Suatu hari seorang kenalannya bertemu dengan filsuf besar itu dan berkata, "Tahukah Anda apa yang saya dengar tentang teman Anda?"

"Tunggu beberapa menit," Socrates menjawab "Sebelum Anda menceritakan apapun, saya akan memberikan suatu test sederhana. Ini disebut Triple Filter Test."

"Triple filter Test?"

"Benar," kata Socrates.

"Sebelum kita bicara tentang temanku, kukira bagus kalau kita mengambil waktu sebentar utk menyaring apa yg akan kita katakan. Itu saya sebut TRIPLE FILTER TEST. Filter pertama adalah KEBENARAN."

"Apakah Anda yakin sepenuhnya bahwa yg akan Anda katakan padaku benar adanya ?"

"Tidak," jawab orang itu, "Sebenarnya saya hanya mendengar tentang itu."

"Baik," kata socrates. "Jadi Anda tidak yakin bila itu benar. Baiklah sekarang saya berikan filter yang kedua, Filter KEBAIKAN."

"Apakah yg akan Anda katakan tentang temanku itu sesuatu yang baik?"

"Tidak, malah sebaliknya.. ."

"Jadi," Socrates melanjutkan, "Anda akan bicara tentang sesuatu yg buruk tentang dia, tetapi Anda tidak yakin apakah itu benar. Anda masih memiliki satu kesempatan lagi karena masih ada satu filter lagi, yaitu filter KEGUNAAN."

"Apakah yg akan Anda katakan padaku tentang temanku itu, berguna bagiku ?"

"Tidak, sama sekali tidak."

Socrates berkata, "bila Anda ingin katakan sesuatu yang belum tentu benar, buruk dan bahkan tidak berguna, mengapa Anda harus mengatakannya kepadaku ?"

13 Nov 2010

Pada Suatu Pagi Hari

Maka pada suatu pagi hari ia ingin sekali menangis sambil berjalan tunduk sepanjang lorong itu. Ia ingin pagi itu hujan turun rintik-rintik dan lorong sepi agar ia bisa berjalan sendiri saja sambil menangis dan tak ada orang bertanya kenapa.

Ia tidak ingin menjerit-jerit berteriak-teriak mengamuk memecahkan cermin membakar tempat tidur. Ia hanya ingin menangis lirih saja sambil berjalan sendiri dalam hujan rintik-rintik di lorong sepi pada suatu pagi.

Sapardi Djoko Damono, 1973

12 Nov 2010

Yang Terbaik

Melangkah itu indah, namun mencari arah yang terkadang susah,
mencari jalan itu mudah, tapi menuju noktah pasti mendatangkan lelah,
pada intinya menjaga istiqomah paling susah.

Namun ALLAH sangat paham,
ALLAH tidak meminta kita menjadi yeng terbaik,
tapi hanya perlu melakukan yang terbaik,
meletakkan keyakinan dan sandaran penuh kepada-NYA,
setelah itu ALLAH mengurus yang selebihnya,
agar yang terbaik menjadi milik kita.

Repost dari status FB : Rahayu Sundari

11 Nov 2010

Semalam Aku Bermimpi

Menemukan catatan lama, justru seringkali membuat kita terkejut kembali. Tentang hal-hal yang begitu mengena dan memikat di hati. Hahai.. :D

Sama seperti catatan lama berikut yang saya catat 2 tahun lalu. Hmm.. jadi terkenang kembali ;-)
***

Semalam aku bermimpi :

Tentang aku yang berlari menuju suatu tempat , perasaan akan keterlambatan dari suatu hal yang tak aku sadari. Aku melihat suatu tempat telah ramai oleh orang-orang yang menungguku… Aku meneruskan langkahku kearah depan orang-orang tersebut. Aku menemui seorang wanita berjilbab, berparas cantik, tersenyum padaku dengan lembutnya. Kontan aku pun berkata padanya,” Maaf ya, aku terlambat.”

Aku masih tak sadar akan suasana yang sedang terjadi sampai aku mengucapkan Ijab-kabul di depan penghulu… Ya Allah, aku dalam suasana pernikahan. Kulihat calon Istriku, Cantik sekali. Betapa bahagia diriku, kulihat sekelilingku dan aku melihat teman-temanku hadir sebagai tamu. Entah perasaan apa ini, rasanya tak percaya. Istriku sangat menyenangkan hatiku. Sesaat terasa kedamaian dalam hati ini. Aku menatap wajah Istriku, sangat cantik, berjilbab (seperti yang kuharapkan selama ini), dan tentunya aku bahagia bersanding dengannya.

Hanya saja aku masih terheran, karena aku tak tahu siapa dia. Aku mencoba mengingat-ingat dirinya. Perasaan aku tak pernah bertemu dengannya, mungkinkah dia bidadarku… Ah aku tak tak tahu.

jam 05.41 wib 10-06-’08
***

Maaf ya kalau mimpinya kurang seru.. ya namanya juga mimpi. Harap maklum! hehe..

9 Nov 2010

Bunda, tolong mandikan aku sekali saja !

Repost :

Dewi adalah sahabat saya, ia adalah seorang mahasiswi yang berotak cemerlang dan memiliki idealisme yang tinggi. Sejak masuk kampus, sikap dan konsep dirinya sudah jelas: meraih yang terbaik di bidang akademis maupun profesi yang akan digelutinya. ''Why not to be the best?,'' begitu ucapan yang kerap kali terdengar dari mulutnya, mengutip ucapan seorang mantan presiden Amerika.

Ketika Kampus, mengirim mahasiswa untuk studi Hukum Internasional di Universiteit Utrecht-Belanda, Dewi termasuk salah satunya.

Setelah menyelesaikan kuliahnya, Dewi mendapat pendamping hidup yang ''selevel''; sama-sama berprestasi, meski berbeda profesi. tak lama berselang lahirlah Bayu, buah cinta mereka, anak pertamanya tersebut lahir ketika Dewi diangkat manjadi staf diplomat, bertepatan dengan suaminya meraih PhD. Maka lengkaplah sudah kebahagiaan mereka.

Ketika Bayu, berusia 6 bulan, kesibukan Dewi semakin menggila. Bak seekor burung garuda, nyaris tiap hari ia terbang dari satu kota ke kota lain, dan dari satu negara ke negara lain. Sebagai seorang sahabat setulusnya saya pernah bertanya padanya, "Tidakkah si Bayu masih terlalu kecil untuk ditinggal-tinggal oleh ibundanya ?" Dengan sigap Dewi menjawab, "Oh, saya sudah mengantisipasi segala sesuatunya dengan sempurna". "Everything is OK !, Don’t worry Everything is under control kok !" begitulah selalu ucapannya, penuh percaya diri.

Ucapannya itu memang betul-betul ia buktikan. Perawatan anaknya, ditangani secara profesional oleh baby sitter termahal. Dewi tinggal mengontrol jadwal Bayu lewat telepon. Pada akhirnya Bayu tumbuh menjadi anak yang tampak lincah, cerdas mandiri dan mudah mengerti.

Kakek-neneknya selalu memompakan kebanggaan kepada cucu semata wayang itu, tentang betapa hebatnya ibu-bapaknya. Tentang gelar Phd. dan nama besar, tentang naik pesawat terbang, dan uang yang berlimpah. "Contohlah ayah-bundamu Bayu, kalau Bayu besar nanti jadilah seperti Bunda". Begitu selalu nenek Bayu, berpesan di akhir dongeng menjelang tidurnya.

Ketika Bayu berusia 5 tahun, neneknya menyampaikan kepada Dewi kalau Bayu minta seorang adik untuk bisa menjadi teman bermainnya dirumah apa bila ia merasa kesepian.

Terkejut dengan permintaan tak terduga itu, Dewi dan suaminya kembali meminta pengertian anaknya. Kesibukan mereka belum memungkinkan untuk menghadirkan seorang adik buat Bayu. Lagi-lagi bocah kecil inipun mau ''memahami'' orangtuanya.

Dengan Bangga Dewi mengatakan bahwa kamu memang anak hebat, buktinya, kata Dewi, kamu tak lagi merengek minta adik. Bayu, tampaknya mewarisi karakter ibunya yang bukan perengek dan sangat mandiri. Meski kedua orangtuanya kerap pulang larut, ia jarang sekali ngambek. Bahkan, tutur Dewi pada saya , Bayu selalu menyambut kedatangannya dengan penuh ceria. Maka, Dewi sering memanggilnya malaikat kecilku. Sungguh keluarga yang bahagia, pikir saya. Meski kedua orangtuanya super sibuk, namun Bayu tetap tumbuh dengan penuh cinta dari orang tuanya. Diam-diam, saya jadi sangat iri pada keluarga ini.

Suatu hari, menjelang Dewi berangkat ke kantor, entah mengapa Bayu menolak dimandikan oleh baby sitternya. Bayu ingin pagi ini dimandikan oleh Bundanya," Bunda aku ingin mandi sama bunda...please...please bunda", pinta Bayu dengan mengiba-iba penuh harap.

Karuan saja Dewi, yang detik demi detik waktunya sangat diperhitungkan merasa gusar dengan permintaan anaknya. Ia dengan tegas menolak permintaan Bayu, sambil tetap gesit berdandan dan mempersiapkan keperluan kantornya. Suaminya pun turut membujuk Bayu agar mau mandi dengan baby sitternya. Lagi-lagi, Bayu dengan penuh pengertian mau menurutinya, meski wajahnya cemberut.

Peristiwa ini terus berulang sampai hampir sepekan. "Bunda, mandikan aku !" Ayo dong bunda mandikan aku sekali ini saja...?" kian lama suara Bayu semakin penuh tekanan. Tapi toh, Dewi dan suaminya berpikir, mungkin itu karena Bayu sedang dalam masa pra-sekolah, jadinya agak lebih minta perhatian. Setelah dibujuk-bujuk, akhirnya Bayu bisa ditinggal juga dan mandi bersama Mbanya.

Sampai suatu sore, Dewi dikejutkan oleh telpon dari sang baby sitter, "Bu, hari ini Bayu panas tinggi dan kejang-kejang. Sekarang sedang di periksa di Ruang Emergency".

Dewi, ketika diberi tahu soal Bayu, sedang meresmikan kantor barunya di Medan. Setelah tiba di Jakarta, Dewi langsung ngebut ke UGD.Tapi sayang... terlambat sudah...Tuhan sudah punya rencana lain. Bayu, si malaikat kecil, keburu dipanggil pulang oleh Tuhannya.. Terlihat Dewi mengalami shock berat. Setibanya di rumah, satu-satunya keinginan dia adalah untuk memandikan putranya, setelah bebarapa hari lalu Bayu mulai menuntut ia untuk memandikannya, Dewi pernah berjanji pada anaknya untuk suatu saat memandikannya sendiri jika ia tidak sedang ada urusan yang sangat penting. Dan siang itu, janji Dewi akhirnya terpenuhi juga, meskipun setelah tubuh si kecil terbujur kaku.

Ditengah para tetangga yang sedang melayat, terdengar suara Dewi dengan nada yang bergetar berkata "Ini Bunda Nak...., Hari ini Bunda mandikan Bayu ya...sayang....! akhirnya Bunda penuhi juga janji Bunda ya Nak.." . Lalu segera saja satu demi satu orang-orang yang melayat dan berada di dekatnya tersebut berusaha untuk menyingkir dari sampingnya, sambil tak kuasa untuk menahan tangis mereka.

Ketika tanah merah telah mengubur jasad si kecil, para pengiring jenazah masih berdiri mematung di sisi pusara sang Malaikat Kecil. . Berkali-kali Dewi, sahabatku yang tegar itu, berkata kepada rekan-rekan disekitanya, "Inikan sudah takdir, ya kan..!" Sama saja, aku di sebelahnya ataupun di seberang lautan, kalau sudah saatnya di panggil, ya dia pergi juga, iya kan?". Saya yang saat itu tepat berada di sampingnya diam saja. Seolah-olah Dewi tak merasa berduka dengan kepergian anaknya dan sepertinya ia juga tidak perlu hiburan dari orang lain.

Sementara di sebelah kanannya, Suaminya berdiri mematung seperti tak bernyawa. Wajahnya pucat pasi dengan bibir bergetar tak kuasa menahan air mata yang mulai meleleh membasahi pipinya.

Sambil menatap pusara anaknya, terdengar lagi suara Dewi berujar, "Inilah konsekuensi sebuah pilihan!" lanjut Dewi, tetap mencoba untuk tegar dan kuat.

Angin senja meniupkan aroma bunga kamboja yang menusuk hidung hingga ke tulang sumsum. Tak lama setelah itu tanpa di duga-duga tiba-tiba saja Dewi jatuh berlutut, lalu membantingkan dirinya ke tanah tepat diatas pusara anaknya sambil berteriak-teriak histeris. "Bayu maafkan Bunda ya sayaang..!!, ampuni bundamu ya nak...? serunya berulang-ulang sambil membenturkan kepalanya ketanah, dan segera terdengar tangis yang meledak-ledak dengan penuh berurai air mata membanjiri tanah pusara putra tercintanya yang kini telah pergi untuk selama-lamanya.

Sepanjang persahabatan kami, rasanya baru kali ini saya menyaksikan Dewi menangis dengan histeris seperti ini.

Lalu terdengar lagi Dewi berteriak-teriak histeris "Bangunlah Bayu sayaaangku....Bangun Bayu cintaku, ayo bangun nak.....?!?" pintanya berulang-ulang, "Bunda mau mandikan kamu sayang.... Tolong Beri kesempatan Bunda sekali saja Nak.... Sekali ini saja, Bayu.. anakku...?" Dewi merintih mengiba-iba sambil kembali membenturkan kepalanya berkali-kali ke tanah lalu ia peluki dan ciumi pusara anaknya bak orang yang sudah hilang ingatan. Air matanya mengalir semakin deras membanjiri tanah merah yang menaungi jasad Bayu.

Senja semakin senyap, aroma bunga kamboja semakin tercium kuat manusuk hidung membuat seluruh bulu kuduk kami berdiri menyaksikan peristiwa yang menyayat hati ini...tapi apa hendak di kata, nasi sudah menjadi bubur, sesal kemudian tak berguna. Bayu tidak pernah mengetahui bagaimana rasanya dimandikan oleh orang tuanya karena mereka merasa bahwa banyak hal yang jauh lebih penting dari pada hanya sekedar memandikan seorang anak.

Semoga kisah ini bisa menjadi pelajaran berharga bagi kita semua para orang tua yang sering merasa hebat dan penting dengan segala kesibukannya.

Semoga bisa jadi pelajaran dan inspirasi buat kita semua...saya hanya melanjutkan berita ini...moga2 banyak yang baca dan makin peduli bahwa anak itu titipan Tuhan yang sangat berarti dan bermakna serta harus dijaga..

1 Nov 2010

Sesempurna Mungkin

Cinta dimulai dengan senyuman, tumbuh dengan kasih sayang, dan berakhir dengan air mata. Hmm.. masa iya sich? Kita hidup didunia ini bukan untuk mencari orang yang sempurna untuk dicintai, (tak ada yg sempurna) tapi untuk belajar mencintai orang apa adanya dengan cara yang sesempurna mungkin.

Sesuatu yang baik, belum tentu benar. Sesuatu yang bagus, belum tentu baik dan berharga. Sesuatu yang berharga/berguna, belum tentu semua orang tahu bahwa itu adalah berharga..

Awal memang akan terasa berat. Layaknya seoarang bayi yang belajar untuk berjalan. Bisa jadi ia kesakitan menahan beban tubuhnya. Tapi ia tetap berusaha, sebab ia tahu betapa pentingnya sebuah perjalanan. Dan tentunya ia sadar, perjalanan panjang kehidupannya tidaklah mudah. Ia-pun kini harus memulai, memulainya dari awal. Memulai dari langkah pertama…

31 Okt 2010

Betapa Cinta

Cinta? Berjuta rasa dan warna. Teragungkan dalam kisah-kisah roman para manusia. Dalam lembar-lembar kertas Kahlil Gibran atau juga Shakespeare atau juga banyak manusia lainnya memaknainya melalui syair-syair dan drama-drama kehidupan. Seolah semua menjadi indah dipandang, merdu didengar. Tak peduli betapa kita telah terbenam dalam sempitnya ruang makna cinta duniawi kita. Kenapa?


Karena cinta sering dimaknai sebagai dongeng dua insan yang mabuk asmara. Atau sekadar dua hati yang menahan gejolak rasa, karena cinta! Karena cinta hanya menjadi alat tempat bercumbu-rayu manja yang mengatasnamakan cinta..


Bukankah saat manusia terlahir dari rahim ibunya, setitik ASI menembus dahaga dengan ikhlasnya, itu adalah cinta?


Ketika sepasang mata tak mampu terpejam untuk meninabobokan anaknya. Juga ketika jiwa yang senantiasa mengeluarkan peluhnya demi menafkahkan istri dan anak-anaknya. Itu adalah cinta?


Seharusnya cinta itu juga ketika setetes darah yang jatuh hanya demi menjaga kehormatan agama-Nya. Air mata menetes membasahi wajah karena takut atau juga rindu untuk berpulang ke syurga-Nya. Keberanian bergetar bersama keridhoan saat meregang nyawa. Nafs atau jiwa yang tersenyum pun hadir karena cinta.


Betapa cinta itu ..
Adalah ketika Sang Utusan dalam detik-detik kematian terucap kata bijak yang menyentuh kalbu peradaban.


"Ummatku.. ummatku.. ummatku!" Dan matanya pun terpejam diiringi derai kesedihan seluruh zaman.


Betapa Cinta ..
Adalah ketika Sang Raja Semesta menebar kasih sayangnya ke penjuru langit dan bumi. 

Kau manusia, tetap diberi-Nya meski kau mengingkari;
kau manusia, tetap dikasih-sayangi-Nya meski riak lakumu tak berbudi;
kau manusia, tetap dilindungi-Nya meski kau tak mengabdi;
kau manusia, tetap dicintai-Nya meski kau tak mencintai;
kau manusia, tetap diperhatikan-Nya meski kau tak peduli;
kau manusia, tetap diharapkan-Nya meski kau maksiyat berkali-kali.


Dan dalam takdirnya, kau tetap menjadi manusia sejati. Niscaya bumi takkan menjadi dunia tanpa ada cinta. Walau cinta begitu picik diwakili oleh seuntai kosa kata usang dalam bait-bait syair manja dan skenario melodrama yang justru jarang sekali mewakili sejuta rasa cinta.(*)


*Terinspirasi dari berbagai sumber

30 Okt 2010

Berbuat lebih baik

Jika pohon diberi pupuk sekadarnya saja, ia memang bisa untuk bertahan hidup. Tetapi tak berkembang dengan baik. Jika diberikan pupuk yang cukup dan bukan sekadar apa yang diperlukan untuk hidup, maka pohon itu akan hidup dan berkembang, juga bahkan menghasilkan buah yang berlimpah. 
 
Lalu, apa maksud dari hal tersebut? Salah satu kenyataan dari kehidupan ternyata adalah proses pertumbuhan. Untuk mendapatkan kualitas hidup yang sangat baik itu tak bisa hanya menguasai keahlian-keahlian yang sekadarnya saja. Mungkin dengan hidup sekadarnya saja kita akan terlihat baik, tetapi pada kenyataannya baik saja tidaklah cukup. Bukankah hidup dengan lebih baik masih memungkinkan?

Setiap saat, hidup tak luput dari berbagai persoalan. Kadang hati senang karena mendapat pujian dan keberhasilan, lain waktu menderita karena dicela dan mendapat kekalahan. Ini adalah hal yang sangat biasa dan lumrah, yang hanya ada pada diri-diri yang berkehidupan biasa dan lumrah juga. Atau hidup “ya sekadarnya saja!” Menjadi baik bila lingkungan baik dan menjadi buruk bila lingkungannya pun buruk. 
 
Gelombang kehidupan memanglah tak selamanya reda. Kadang menggulung dan menghempaskan kita pada kesengsaraan. Dan yang terhempas biasanya hanya bisa pasrah dan menyalahkan gelombang, sedangkan yang bertahan, adalah orang yang memiliki kebesaran jiwa. Kehidupannya lebih baik walau terlihat berat. Ia tenang atas apa yang telah didapatkan. Ia bersyukur dan syukurnya justru menambah nilai-nilai kebaikan dalam hidupnya.

21 Okt 2010

Catatan Harian Pramugari

Kisah ini saya dapat masih dari blog tetangga. Catatan harian seorang pramugari dari China. Hmm.. Jujur saya jadi ingat seorang sahabat saya yang juga sebagai Pramugari. Tapi sudah hampir tiga tahun tak pernah ketemu lagi. It was long time ago. Miss u so.. Hope see you soon :)


Saya adalah seorang pramugari biasa dari China Airline, karena bergabung dengan perusahaan penerbangan hanya beberapa tahun dan tidak mempunyai pengalaman yang mengesankan, setiap hari hanya melayani penumpang dan melakukan pekerjaan yang monoton.

Pada tanggal 7 Juni yang lalu saya menjumpai suatu pengalaman yang membuat perubahan pandangan saya terhadap pekerjaan maupun hidup saya.

Hari ini jadwal perjalanan kami adalah dari Shanghai menuju Peking, penumpang sangat penuh pada hari ini.

Di antara penumpang saya melihat seorang kakek dari desa, merangkul sebuah karung tua dan terlihat jelas sekali gaya desanya, pada saat itu saya yang berdiri dipintu pesawat menyambut penumpang kesan pertama dari pikiran saya ialah zaman sekarang sungguh sudah maju seorang dari desa sudah mempunyai uang untuk naik pesawat.

Ketika pesawat sudah terbang, kami mulai menyajikan minuman, ketika melewati baris ke 20, saya melihat kembali kakek tua tersebut, dia duduk dengan tegak dan kaku ditempat duduknya dengan memangku karung tua bagaikan patung.

Kami menanyakannya mau minum apa, dengan terkejut dia melambaikan tangan menolak, kami hendak membantunya meletakkan karung tua diatas bagasi tempat duduk juga ditolak olehnya, lalu kami membiarkannya duduk dengan tenang, menjelang pembagian makanan kami melihat dia duduk dengan tegang di tempat duduknya, kami menawarkan makanan juga ditolak olehnya.

Akhirnya kepala pramugari dengan akrab bertanya kepadanya apakah dia sakit, dengan suara kecil dia menjawab bahwa dia hendak ke toilet tetapi dia takut apakah di pesawat boleh bergerak sembarangan, takut merusak barang didalam pesawat.

Kami menjelaskan kepadanya bahwa dia boleh bergerak sesuka hatinya dan menyuruh seorang pramugara mengantar dia ke toilet, pada saat menyajikan minuman yang kedua kali, kami melihat dia melirik ke penumpang di sebelahnya dan menelan ludah, dengan tidak menanyakannya kami meletakan segelas minuman teh di meja dia, ternyata gerakan kami mengejutkannya, dengan terkejut dia mengatakan tidak usah, tidak usah. Kami mengatakan engkau sudah haus minumlah, pada saat ini dengan spontan dari sakunya dikeluarkan segenggam uang logam yang disodorkan kepada kami, kami menjelaskan kepadanya minumannya gratis, dia tidak percaya, katanya saat dia dalam perjalanan menuju bandara, merasa haus dan meminta air kepada penjual makanan dipinggir jalan dia tidak diladeni malah diusir. Pada saat itu kami mengetahui demi menghemat biaya perjalanan dari desa dia berjalan kaki sampai mendekati bandara baru naik mobil, karena uang yang dibawa sangat sedikit, hanya dapat meminta minunam kepada penjual makanan dipinggir jalan itupun kebanyakan ditolak dan dianggap sebagai pengemis.

Setelah kami membujuk dia terakhir dia percaya dan duduk dengan tenang meminum secangkir teh, kami menawarkan makanan tetapi ditolak olehnya.

Dia bercerita bahwa dia mempunyai dua orang putra yang sangat baik, putra sulung sudah bekerja di kota dan yang bungsu sedang kuliah ditingkat tiga di Peking. anak sulung yang bekerja di kota menjemput kedua orang tuanya untuk tinggal bersama di kota tetapi kedua orang tua tersebut tidak biasa tinggal di kota akhirnya pindah kembali ke desa, sekali ini orang tua tersebut hendak menjenguk putra bungsunya di Peking, anak sulungnya tidak tega orang tua tersebut naik mobil begitu jauh, sehingga membeli tiket pesawat dan menawarkan menemani bapaknya bersama-sama ke Peking, tetapi ditolak olehnya karena dianggap terlalu boros dan tiket pesawat sangat mahal dia bersikeras dapat pergi sendiri akhirnya dengan terpaksa disetujui anaknya.

Dengan merangkul sekarung penuh ubi kering yang disukai anak bungsunya, ketika melewati pemeriksaan keamanan dibandara, dia disuruh menitipkan karung tersebut di tempat bagasi tetapi dia bersikeras membawa sendiri, katanya jika ditaruh ditempat bagasi ubi tersebut akan hancur dan anaknya tidak suka makan ubi yang sudah hancur, akhirnya kami membujuknya meletakkan karung tersebut di atas bagasi tempat duduk, akhirnya dia bersedia dengan hati-hati dia meletakan karung tersebut.

Saat dalam penerbangan kami terus menambah minuman untuknya, dia selalu membalas dengan ucapan terima kasih yang tulus, tetapi dia tetap tidak mau makan, meskipun kami mengetahui sesungguhnya dia sudah sangat lapar, saat pesawat hendak mendarat dengan suara kecil dia menanyakan saya apakah ada kantongan kecil? dan meminta saya meletakkan makanannya di kantong tersebut. Dia mengatakan bahwa dia belum pernah melihat makanan yang begitu enak, dia ingin membawa makanan tersebut untuk anaknya, kami semua sangat kaget.

Menurut kami yang setiap hari melihat makanan yang begitu biasa di mata seorang desa menjadi begitu berharga.

Dengan menahan lapar disisihkan makanan tersebut demi anaknya, dengan terharu kami mengumpulkan makanan yang masih tersisa yang belum kami bagikan kepada penumpang ditaruh di dalam suatu kantongan yang akan kami berikan kepada kakek tersebut, tetapi di luar dugaan dia menolak pemberian kami, dia hanya menghendaki bagian dia yang belum dimakan tidak menghendaki yang bukan miliknya sendiri, perbuatan yang tulus tersebut benar-benar membuat saya terharu dan menjadi pelajaran
berharga bagi saya.

Sebenarnya kami menganggap semua hal tersebut sudah berlalu, tetapi siapa menduga pada saat semua penumpang sudah turun dari pesawat, dia yang terakhir berada di pesawat. Kami membantunya keluar dari pintu pesawat, sebelum keluar dia melakukan sesuatu hal yang sangat tidak bisa saya lupakan seumur hidup saya, yaitu dia berlutut dan menyembah kami, mengucapkan terima kasih dengan bertubi-tubi. Dia mengatakan bahwa kami semua adalah orang yang paling baik yang dijumpai, “kami di desa hanya makan sehari sekali dan tidak pernah meminum air yang begitu manis dan makanan yang begitu enak, hari ini kalian tidak memandang hina terhadap saya dan meladeni saya dengan sangat baik, saya tidak tahu bagaimana mengucapkan terima kasih kepada kalian. Semoga Tuhan membalas kebaikan kalian,” dengan menyembah dan menangis dia mengucapkan perkataannya. Kami semua dengan terharu memapahnya dan menyuruh seorang anggota yang bekerja di lapangan membantunya keluar dari lapangan terbang.

Selama 5 tahun bekerja sebagai pramugari, beragam-ragam penumpang sudah saya jumpai, yang banyak tingkah, yang cerewet dan lain-lain, tetapi belum pernah menjumpai orang yang menyembah kami, kami hanya menjalankan tugas kami dengan rutin dan tidak ada keistimewaan yang kami berikan, hanya menyajikan minuman dan makanan, tetapi kakek tua yang berumur 70 tahun tersebut sampai menyembah kami mengucapkan terima kasih, sambil merangkul karung tua yang berisi ubi kering dan menahan lapar menyisihkan makanannya untuk anak tercinta, dan tidak bersedia menerima makanan yang bukan bagiannya, perbuatan tersebut membuat saya sangat terharu dan menjadi pengalaman yang sangat berharga buat saya dimasa datang yaitu jangan memandang orang dari penampilan luar tetapi harus tetap menghargai setiap orang dan mensyukuri apa yang kita dapat.

20 Okt 2010

Pernahkah kau merasa ?

Jika kita terkenang akan seseorang,
dan dahulu begitu indah bersamanya,
sekarang entah dimana dia.
Dari mulutnya tak pernah terucap selamat tinggal,
namun hingga saat ini hanya bayangan dirinya yang tertinggal.
Aku katakan aku jatuh hati padanya.
Aku menyayanginya.
Dan...
Aku juga mencintainya.
Adakah kau sama denganku?

Ah..
itulah indahnya rasa bersama dalam saat-saat dengannya.
Aku merasa.
Aku pun mencinta.

Hmm..
Apa rasanya Cinta?
Pernahkah kau merasa?
 
 

13 Okt 2010

3 x 8 = 23, kenapa kamu bilang 24?

Yan Hui adalah murid kesayangan Confusius yang suka belajar, sifatnya baik. Pada suatu hari ketika Yan Hui sedang bertugas, dia melihat satu toko kain sedang dikerumunin banyak orang. Dia mendekat dan mendapati pembeli dan penjual kain sedang berdebat.

Pembeli berteriak, “3×8 = 23, kenapa kamu bilang 24?”
Yan Hui mendekati pembeli kain dan berkata, “Sobat, 3×8 = 24, tidak usah diperdebatkan lagi.”
Pembeli kain tidak senang lalu menunjuk hidung Yan Hui dan berkata, “Siapa minta pendapatmu? Kalaupun mau minta pendapat mesti minta ke Confusius. Benar atau salah Confusius yang berhak mengatakan.”
Yan Hui, “Baik, jika Confusius bilang kamu salah, bagaimana?”
Pembeli kain, “Kalau Confusius bilang saya salah, kepalaku aku potong untukmu. Kalau kamu yang salah, bagaimana?”
Yan Hui, “Kalau saya yang salah, jabatanku untukmu.”

Keduanya sepakat untuk bertaruh, lalu pergi mencari Confusius. Setelah Confusius tahu duduk persoalannya, Confusius berkata kepada Yan Hui sambil tertawa, “3×8 = 23. Yan Hui, kamu kalah. Kasihkan jabatanmu kepada dia.”

Selamanya Yan Hui tidak akan berdebat dengan gurunya. Ketika mendengar Confusius bilang dia salah, diturunkannya topinya lalu dia berikan kepada pembeli kain.

Orang itu mengambil topi Yan Hui dan berlalu dengan puas.Walaupun Yan Hui menerima penilaian Confusius tapi hatinya tidak sependapat. Dia merasa Confusius sudah tua dan pikun sehingga dia tidak mau lagi belajar darinya. Yan Hui minta cuti dengan alasan urusan keluarga. Confusius tahu isi hati Yan Hui dan memberi cuti padanya. Sebelum berangkat, Yan Hui pamitan dan Confusius memintanya cepat kembali setelah urusannya selesai, dan memberi Yan Hui dua nasehat, “Bila hujan lebat, janganlah berteduh di bawah pohon. Dan jangan membunuh.”

Yan Hui bilang baiklah lalu berangkat pulang.

Di dalam perjalanan tiba-tiba angin kencang disertai petir, kelihatannya sudah mau turun hujan lebat. Yan Hui ingin berlindung di bawah pohon tapi tiba-tiba ingat nasehat Confusius dan dalam hati berpikir untuk menuruti kata gurunya sekali lagi. Dia meninggalkan pohon itu. Belum lama dia pergi, petir menyambar dan pohon itu hancur. Yan Hui terkejut, nasehat gurunya yang pertama sudah terbukti.

Apakah saya akan membunuh orang? Yan Hui tiba dirumahnya sudah larut malam dan tidak ingin mengganggu tidur istrinya. Dia menggunakan pedangnya untuk membuka kamarnya. Sesampai didepan ranjang, dia meraba dan mendapati ada seorang di sisi kiri ranjang dan seorang lagi di sisi kanan. Dia sangat marah, dan mau menghunus pedangnya. Pada saat mau menghujamkan pedangnya, dia ingat lagi nasehat Confusius, jangan membunuh. Dia lalu menyalakan lilin dan ternyata yang tidur disamping istrinya adalah adik istrinya.

Pada keesokan harinya, Yan Hui kembali ke Confusius, berlutut dan berkata, “Guru, bagaimana guru tahu apa yang akan terjadi?”

Confusius berkata, “Kemarin hari sangatlah panas, diperkirakan akan turun hujan petir, makanya guru mengingatkanmu untuk tidak berlindung dibawah pohon. Kamu kemarin pergi dengan amarah dan membawa pedang, maka guru mengingatkanmu agar jangan membunuh.”

Yan Hui berkata, “Guru, perkiraanmu hebat sekali, murid sangatlah kagum.”

Confusius bilang, “Aku tahu kamu minta cuti bukanlah karena urusan keluarga. Kamu tidak ingin belajar lagi dariku. Cobalah kamu pikir. Kemarin guru bilang 3×8=23 adalah benar, kamu kalah dan kehilangan jabatanmu. Tapi jikalau guru bilang 3×8=24 adalah benar, si pembeli kainlah yang kalah dan itu berarti akan hilang 1 nyawa. Menurutmu, jabatanmu lebih penting atau kehilangan 1 nyawa yang lebih penting?”

Yan Hui sadar akan kesalahannya dan berkata, “Guru mementingkan yang lebih utama, murid malah berpikir guru sudah tua dan pikun. Murid benar-benar malu.”

Sejak itu, kemanapun Confusius pergi Yan Hui selalu mengikutinya.***

Cerita ini mengingatkan saya bahwa walaupun saya bertaruh dan memenangkan seluruh dunia, tapi saya kehilanganmu, apalah artinya. Banyak hal sebenarnya tidak perlu dipertaruhkan. Mundur selangkah, malah yang didapat adalah kebaikan bagi semua orang.

Bahwa terkadang pula:
Bersikeras melawan pelanggan. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga.
Bersikeras melawan atasan. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga.
Bersikeras melawan suami/istri. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga.
Bersikeras melawan teman. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga.

12 Okt 2010

Ketenangan

Entah cerita darimana, saya sendiri tidak tahu siapa pengarang aslinya. Namun yang jelas, cerita berikut sangat menyadarkan akan sesuatu yang telah lama hilang dari diri saya. Berikut ceritanya :

Ada seorang tukang kayu. Suatu saat ketika sedang bekerja, secara tak disengaja arlojinya terjatuh dan terbenam di antara tingginya tumpukan serbuk kayu.

Arloji itu adalah sebuah hadiah dan telah dipakainya cukup lama. Ia amat mencintai arloji tersebut. Karenanya ia berusaha sedapat mungkin untuk menemukan kembali arlojinya. Sambil mengeluh mempersalahkan keteledoran diri sendiri si tukang kayu itu membongkar tumpukan serbuk yang tinggi itu.

Teman-teman pekerja yang lain juga turut membantu mencarinya. Namun sia-sia saja. Arloji kesayangan itu tetap tak ditemukan. Tibalah saat makan siang.

Para pekerja serta pemilik arloji tersebut dengan semangat yang lesu meninggalkan bengkel kayu tersebut.

Saat itu seorang anak yang sejak tadi memperhatikan mereka mencari arloji itu, datang mendekati tumpukan serbuk kayu tersebut. Ia menjongkok dan mencari.

Tak berapa lama berselang ia telah menemukan kembali arloji kesayangan si tukang kayu tersebut.

Tentu si tukang kayu itu amat gembira. Namun ia juga heran, karena sebelumnya banyak orang telah membongkar tumpukan serbuk namun sia-sia. Tapi anak ini cuma seorang diri saja, dan berhasil menemukan arloji itu.

“Bagaimana caranya engkau mencari arloji ini ?”, tanya si tukang kayu.”Saya hanya duduk secara tenang di lantai. Dalam keheningan itu saya bisa mendengar bunyi tik-tak, tik-tak. Dengan itu saya tahu di mana arloji itu berada”, jawab anak itu.***

Saya tidak tahu apa ini tepat atau tidak. Tapi setahu saya, ketenangan dalam menghadapi masalah adalah salah satu kunci dari bagaimana kita bisa menyelesaikan masalah. Mencoba untuk tenang dan hening sejenak juga kadang bisa lebih efektif menyelesaikan masalah dari pada kita terburu-buru.

Seperti apa yang dikatakan oleh Saint Francis de Sales: “Never be in a hurry; do everything quietly and in a calm spirit. Do not lose your inner peace for anything whatsoever, even if your whole world seems upset.”

Kira-kira artinya begini: “Jangan pernah terburu-buru; lakukan segala sesuatu dengan tenang. Jangan kehilangan kedamaian untuk apapun juga, bahkan jika seluruh duniamu terlihat kacau.”

Untuk menghentikan riak air dalam telaga yang sebelumnya tenang, kita cukup mendiamkannya saja. Tak perlu usaha dari tangan atau pun alat lain dari diri kita untuk mencoba air telaga kembali tenang. Diamkan saja, gelombang air tersebut akan tenang dengan sendirinya.

Ya, tenanglah! Semoga dengan ketenangan semua kembali sesuai dengan apa adanya.

8 Okt 2010

Menjadi Ibu Rumah Tangga


Siapa Menanam, Dia akan Menuai Benih

Bagaimana hati seorang ibu melihat anak-anaknya tumbuh? Ketika tabungan anak kita yang usia 5 tahun mulai menumpuk, “Mau untuk apa nak, tabungannya?” Mata rasanya haru ketika seketika anak menjawab “Mau buat beli CD murotal, Mi!” padahal anak-anak lain kebanyakan akan menjawab “Mau buat beli PS!” Atau ketika ditanya tentang cita-cita, “Adek pengen jadi ulama!” Haru! mendengar jawaban ini dari seorang anak tatkala ana-anak seusianya bermimpi “pengen jadi Superman!”

Jiwa seperti ini bagaimana membentuknya? Butuh seorang pendidik yang ulet dan telaten. Bersungguh-sungguh, dengan tekad yang kuat. Seorang yang sabar untuk setiap hari menempa dengan dibekali ilmu yang kuat. Penuh dengan tawakal dan bergantung pada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Lalu… jika seperti ini, bisakah kita begitu saja menitipkannya pada pembantu atau membiarkan anak tumbuh begitu saja?? Kita sama-sama tau lingkungan kita bagaimana (TV, media, masyarakat,…) Siapa lagi kalau bukan kita, wahai para ibu -atau calon ibu-?

Setelah kita memahami besarnya peran dan tanggung jawab seorang ibu sebagai seorang pendidik, melihat realita yang ada sekarang sepertinya keadaannya menyedihkan! Tidak semua memang, tapi banyak dari para ibu yang mereka sibuk bekerja dan tidak memperhatikan bagaimana pendidikan anak mereka. Tidak memperhatikan bagaimana aqidah mereka, apakah terkotori dengan syirik atau tidak. Bagaimana ibadah mereka, apakah sholat mereka telah benar atau tidak, atau bahkan malah tidak mengerjakannya… Bagaimana mungkin pekerjaan menancapkan tauhid di dada-dada generasi muslim bisa dibandingkan dengan gaji jutaan rupiah di perusahaan bonafit? Sungguh! sangat jauh perbandingannya.

Anehnya lagi, banyak ibu-ibu yang sebenarnya tinggal di rumah namun tidak juga mereka memperhatikan pendidikan anaknya, bagaimana kepribadian anak mereka dibentuk. Penulis sempat sebentar tinggal di daerah yang sebagian besar ibu-ibu nya menetap di rumah tapi sangat acuh dengan pendidikan anak-anak mereka. Membesarkan anak seolah hanya sekedar memberinya makan. Sedih!

Padahal anak adalah investasi bagi orang tua di dunia dan akhirat! Setiap upaya yang kita lakukan demi mendidiknya dengan ikhlas adalah suatu kebajikan. Setiap kebajikan akan mendapat balasan pahala dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tidak inginkah hari kita terisi dengannya? Atau memang yang kita inginkan adalah kesuksesan karir anak kita, meraih hidup yang berkecukupan, cukup untuk membeli rumah mewah, cukup untuk membeli mobil mentereng, cukup untuk membayar 10 pembantu, mempunyai keluarga yang bahagia, berakhir pekan di villa. Tanpa memperhatikan bagaimana aqidah, bagaimana ibadah, asal tidak bertengkar dan bisa senyum dan tertawa ria di rumah, disebutlah itu dengan bahagia.

Ketika usia senja, mata mulai rabun, tulang mulai rapuh, atau bahkan tubuh ini hanya mampu berbaring dan tak bisa bangkit dari ranjang untuk sekedar berjalan. Siapa yang mau mengurus kita kalau kita tidak pernah mendidik anak-anak kita? Bukankah mereka sedang sibuk dengan karir mereka yang dulu pernah kita banggakan, atau mungkin sedang asik dengan istri dan anak-anak mereka?

Ketika malaikat maut telah datang, ketika jasad telah dimasukkan ke kubur, ketika diri sangat membutuhkan doa padahal pada hari itu diri ini sudah tidak mampu berbuat banyak karena pintu amal telah ditutup, siapakah yang mendoakan kita kalau kita tidak pernah mengajari anak-anak kita?

Lalu…

Masihkah kita mengatakan jabatan ibu rumah tangga dengan kata ‘cuma’? dengan tertunduk dan suara lirih karena malu?

Wallahu a’lam

Maroji’:

Dapatkan Hak-Hakmu, Wahai Muslimah oleh Ummu Salamah as Salafiyyah. Judul asli: Al-Intishaar li Huquuqil Mu’minaatMendidik Anak bersama Nabi oleh Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid. Judul Asli: Manhaj At-Tarbiyyah An-Nabawiyyah lit-ThiflMajalah Al Furqon Edisi: 8 Tahun V/Rabi’ul Awwal 1427/April 2006***

Artikel www.muslimah.or.id

7 Okt 2010

Yang Merasakan Kematian


Bagus sekali apa kata Mario Teguh berikut. Sangat mengingatkan kita sebagai manusia yang terkadang sangat naif ini ..

Dari tanah engkau berasal,
dan sebagai tanah engkau akan kembali.

Kalimat itu tidak dikatakan tentang jiwamu,
karena jiwamu tak terbuat dari tanah.
...
Dan sebagai jiwa engkau akan merasakan kematian,
tetapi bukan kematian jiwamu.

Jiwamu tidak akan mati,
karena engkau hanya akan merasakan kematian ragamu.

Maka janganlah nafsu dari ragamu yang hanya sementara itu,
melukai hakmu untuk damai abadi di surga.

5 Okt 2010

Dunia dan Iman

Baru saja dapat SMS dari seorang sahabat, tentang SMS hadits, isinya begitu dalam dan sangat menguatkan aqidah bagi saya pribadi, dan semoga begitu pula dengan Anda yang berkenan membaca postingan ini. Isinya sebagai berikut :
Dari Ibnu Mas'ud ia berkata: Telah bersabda Rasulullah SAW, "Sesungguhnya Allah memberikan dunia kepada orang yang dicintai-Nya dan tidak dicintai-Nya, sedangkan keimanan tidak diberikan kecuali kepada orang yang dicintai-Nya." - HR. Hakim
Semoga iman yang terpatri di hati kita menjadi bukti bahwa kita telah mencintai dan dicintai Allah. Amin
Semoga bermanfaat..

3 Okt 2010

Everyday is a new day

Sadar atau pun tidak, setiap harinya ada saja yang spesial dalam hari-hari kita. Namun, kebanyakan orang lebih memilih berbahagia hanya dalam momen tertentu saja. Hari ulang tahun, perayaan hari pernikahan, atau lain hal yang bervariasi sesuai pribadi masing-masing individu.

By the way, berbicara soal ulang tahun dan pernikahan, hari ini (Ahad, 03-Oktober-2010) ada teman yang ulang tahun (sekaligus baru wisudaan katanya) juga teman lain (lebih senior kalo ini) yang tepat hari ini akan melakukan akad nikah. Selamat ya.. semoga berkah dalam mengarungi samudera kehidupan ini. amin
Padahal, kita harusnya berbahagia setiap hari. Bagaimana tidak? Kenyataannya hari ini kita masih di beri usia untuk senantiasa menjalani kembali kehidupan ini. Itu artinya, kita masih di beri kesempatan oleh Allah SWT untuk tetap melakukan amalan-amalan soleh.

Bersyukur masih di beri usia dan kesempatan. Juga kesehatan tentunya (semoga Anda semua di beri kesehatan) yang Allah berikan pada kita hingga saat ini.

Oke, saya tidak akan panjang-lebar di sini. Sebagai penutup pada postingan kali ini, saya kutip kata-kata yang diucapkan Chicken Little dalam film animasi Chicken Little:
Everyday is a new day.
Yup, setiap hari adalah hari yang baru! ^_^P

2 Okt 2010

Tancap Gas!

Kita tak pernah tahu kapan batas dari waktu. Namun yang pasti waktu kita pasti terbatas. [aan, 02-10-2010]
Jadi teringat dengan kata-kata yang dikatakan oleh Lewis (tapi jujur gak tahu siapa nich orang ^_^) dan kira-kira yang dikatakannya begini :
Tragedi kehidupan bukanlah tentang seberapa cepat kehidupan ini berakhir, melainkan karena terlalu lama kita menunggu untuk memulai.
Hmm.. kutipannya tidak terlalu mirip dengan aslinya, tapi insya Allah tidak terlalu jauh perbedaannya. Jadi maksudnya apa? Maksud saya, hidup itu kalau kita habiskan tanpa ada sesuatu yang berharga kita lakukan maka sama saja kita tak ada bedanya dengan orang yang tidak hidup alias mati.

Jadi, mari kita camkan dalam diri kita, bahwa kita akan menjadi orang yang senantiasa melakukan hal-hal berharga untuk kehidupan ini, untuk kita sendiri, untuk Allah SWT.

Dan mari kita lakukan dengan sesegera mungkin. Banyak orang punya ide besar tapi tak pernah terwujud karena tak pernah dilakukan dengan segera. Katanya, "menunggu waktu yang tepat". Ya, memang benar juga kita harus melakukan analisis yang tepat dalam melakukan aksi. Hanya saja kalau terlalu banyak analisis tanpa ada gerakan, nihil juga khan?

Saya ingin mengutip apa yang dikatakan Mario Teguh :
Hal yang baik datang pada orang yang mau menunggu. Tapi tidak pada orang yang menunggu terlalu lama.
Oleh karena itu, sesegera mungkin bergeraklah, berjalanlah. Lebih cepat, lebih baik! (Pinjam jargon salah satu Capres-Cawapres Pemilu 2009 lalu)

Dan.. Langsung tancap gas, yuk! ^_^

Itu Sudah Berlalu

Apa yang terjadi antara kita dahulu aku ingin melupakannya, tapi tak bisa. Rasa yang tertanam dalam hatiku sejak dahulu tentangmu ingin kuhilangakan saja, tapi tak bisa. Seandainya kau tahu apa yang ada dalam pikiranku saat ini adalah tentangmu, mungkin kau kelak akan menatapku dengan bangganya. Atau sudah tahukah engkau? Ah, kau tak pernah benar-benar memberitahuku tentang perasaanmu ..

Sekarang, bertahun-tahun sudah berlalu. Kemungkinan kisahnya akan segera berakhir. Antara kau dan aku, yang tak lagi pernah bertemu. Kau dengan dirimu, aku dengan diriku.

Kita masing-masing memiliki kisah yang berbeda. Dunia yang penuh dengan persahabatan atau permusuhan, tentang percintaan atau tentang kebencian. Kita punya masing-masing, tak tahu satu sama lain. Dan biarlah semua itu sesuai dengan apa adanya.

Kita perbaiki saja apa yang ada dalam diri kita sekarang. Biarkan masa lalu berlalu. Hidupku kini bukan untuk memikirkan dirimu saja, mungkin begitu juga engkau? Semoga kita tahu dan paham dengan setiap rencana-rencana kita. Lebih penting dari itu rencana Tuhan tentang kita. Tentang dunia yang kita ada didalamnya saat ini.


1 Okt 2010

Jantung dan Qolbu

Lalu, siapa saja yang sehat namun sebenarnya ia sakit sekarang?
Sayangnya sang JANTUNG telah kehilangan..lihat bilik dan serambinya mulai tak berfungsi. Alhamdulillah bila tiada ingat SYUKUR maka sudah tidak jelas dan kabur. Bahkan lebih daripada itu...matilah dan berguguranlah. Qolbu tak cukup kuat untuk bergerak bila tiada JANTUNG. Semua butuh keseimbangan.
Sungguh tiada yang salah...karena belajar, belajar takmengenal kata sukses sebelum ia terjatuh. Belajar tak berarti bila sakit belum terasa. Namun belajar adalah pekerjaan orang-orang yang berhati-hati agar takakan jatuh ke lubang yang sama.

***
Catatan facebook dari seorang teman, Lina.

30 Sep 2010

Anak Kecil Yang Takut Api Neraka

Dalam sebuah riwayat menyatakan bahawa ada seorang lelaki tua sedang berjalan-jalan di tepi sungai, sedang dia berjalan-jalan dia terpandang seorang anak kecil sedang mengambil wudhu' sambil menangis.

Apabila orang tua itu melihat anak kecil tadi menangis, dia pun berkata, “Wahai anak kecil kenapa kamu menangis?”

Maka berkata anak kecil itu, "Wahai pakcik saya telah membaca ayat al-Qur'an sehingga sampai kepada ayat yang berbunyi, ‘Yaa ayyuhal ladziina aamanuu quu anfusakum” yang bermaksud, “Wahai orang-orang yang beriman, jagalah olehmu sekalian akan dirimu.’”

“Saya menangis sebab saya takut akan dimasukkan ke dalam api neraka.”

Berkata orang tua itu, “Wahai anak, janganlah kamu takut, sesungguhnya kamu terpelihara dan kamu tidak akan dimasukkan ke dalm api neraka.”

Berkata anak kecil itu, “Wahai pakcik, pakcik adalah orang yang berakal, tidakkah pakcik lihat kalau orang menyalakan api maka yang pertama sekali yang mereka akan letakkan ialah ranting-ranting kayu yang kecil dahulu kemudian baru mereka letakkan yang besar. Jadi tentulah saya yang kecil ini akan dibakar dahulu sebelum dibakar orang dewasa.”

Berkata orang tua itu, sambil menangis, “Sesungguh anak kecil ini lebih takut kepada neraka daripada orang yang dewasa maka bagaimanakah keadaan kami nanti?”

21 Sep 2010

Apa Kata Hati

Ingin sekali mencapai apa yang dikatakan oleh Hati..

7 Sep 2010

Quotes By Mario Teguh

Engkau yang tidak tegaan,

sulit mengatakan tidak,

dan tersiksa jika harus menolak yang tidak baik,

sebetulnya sedang berlaku tidak tegas bagi kebaikanmu sendiri,

yang akan menyiksamu dalam penyesalan.

Karena,

Tidak sampai hati menolak yang tidak baik,

sama dengan sampai hati merusak hidupmu sendiri. ...

Dan jika engkau sampai gagal, apakah mereka akan menolongmu?

Ini hidupmu.

Tegaslah.

Katakan tidak!

________________________________________________

Aku tahu hatimu sedang pedih,

karena jiwa yang kau cintai dan kau baktikan hidupmu untuknya,

menaruhmu di urutan akhir dalam perhatiannya. ...

Jika ia belum mampu memuliakanmu,

engkau berharap setidaknya ia mengasihimu.

Engkau hidup untuknya,

tetapi mengapakah engkau seolah harus mengemis bagi sedikit perhatiannya?

Adikku, bersabarlah.

Indahkanlah dirimu, bagi Tuhanmu, yang akan menyelamatkanmu dari pengabaian.

4 Sep 2010

(De)sain Masa Depan

Oleh: Edy Suhardono *

Desain suatu produk atau layanan adalah penentu yang memengaruhi ragam dan tingkatan kesejahteraan masyarakat di masa depan melalui berbagai cara. Desain berpengaruh dan beredar secara kompetitif, seolah "senjata" yang melekat pada strategi bisnis. Desain menjadi juga semacam jembatan antara perusahaan dan konsumen dalam format interaksi interpersonal seperti: pertemanan, kepercayaan, keterandalan, bahkan pengakuan.

Di sisi lain, kepekaan menangkap efektivitas sebuah desain sangat bergantung pada tingkat kecerdasan interpersonal seseorang, salah satu komponen kecerdasan yang memampukan sang penanggap mempersepsi tingkat kritikalitas suatu kebutuhan, keinginan, gelagat, dan hasrat orang lain dalam rentang waktu tertentu. Makin tak pasti dan makin penting pemenuhan suatu kebutuhan, makin kritis kebutuhan, dan makin tinggi bobot desain yang berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan itu.

Jadi, desain yang futuristik adalah yang mampu menjawab kebutuhan kritis: kebutuhan yang sangat penting sekaligus sangat tak pasti sebagaimana saya sentilkan melalui cerita berikut.

Bubur Telanjur
Kala mengulang membaca buku "Catatan Seorang Demonstran", yang tak lain adalah catatan harian mendiang Soe Hok Gie, adik Arief Budiman; saya teringat kejadian sekitar 26 tahun silam. Salah seorang sobat saya, yang juga pendaki gunung seperti Soe Hok Gie, meninggal secara misterius di saat mendaki gunung Sumbing, Jawa Tengah.

Seingat saya, ia berangkat mendaki gunung dalam suasana keputusasaan sejak orangtuanya menolak keras hubungan asmaranya dengan seorang bekas adik kelas SMA, yang tak melanjutkan kuliah dan bekerja mandiri sebagai penjahit pakaian seragam sekolah.

Sobat saya pergi mendaki tanpa pamit sehingga kedua orangtuanya sempat mendatangi tempat indekos saya, menanyakan keberadaannya. Empat jam setelah waktu keberangkatan pendakian, ayahnya berhasil menelepon sobat saya melalui nomor telepon pos SAR terdekat.

"Pak, Bu, saya akan pulang ke rumah setelah pendakian ini, tetapi saya akan memohon sesuatu. Saya akan pulang membawa seorang teman."

"Kenapa tidak? Boleh… silahkan saja," ayahnya menjawab, "Tapi, Bapak dan Ibumu mau menemui temanmu lebih dulu sambil menjemputmu seusai kau selesai pendakian."

"Ada yang Bapak dan Ibu harus tahu tentang teman saya itu," lanjut sobat saya.

"Apa itu, Nak? Bapak Ibumu boleh tahu?"

"Mungkin karena ketidakhati-hatiannya, ia sempat terpeleset dan terperosok jatuh ke jurang, kepalanya membentur batuan terjal, sehingga sekarang bukan saja ia kehilangan lengan tangan dan kaki kiri, tetapi juga kesadarannya. Kabar terakhir yang saya terima, setengah jam lalu ia mengigau dan mengatakan ingin tinggal bersama saya di rumah kita."

Hampir semenit tak terdengar kata-kata di telepon, kecuali beberapa kali helaan nafas panjang dari ayahnya.

"Bapak turut sedih sekali mendengar itu. Mungkin kita dapat membantunya untuk menemukan suatu tempat tinggal."

"Tidak, Pak, Bu, saya ingin dia tinggal bersama kita."

"Nak," kata ayahnya, "Kau tak tahu apa yang sedang kau minta. Seseorang dengan cacat seperti itu akan menjadi beban berat bagi kita sekeluarga. Kita punya kehidupan kita sendiri, dan kita tidak dapat membiarkan soal seperti ini mengganggu kehidupan kita. Aku rasa kau harus langsung pulang setelah acara pendakianmu dan lupakan saja temanmu itu. Dia akan menemukan jalan hidupnya sendiri."

Serta-merta sambungan telepon terputus.

Empat hari kemudian, orangtua sobat saya menerima panggilan dari kepolisian Temanggung. Dikabarkan, anak laki-lakinya telah meninggal setelah jatuh terpeleset masuk jurang saat turun dari pendakian. Polisi mensinyalir, almarhum melakukan bunuh diri.

Dengan hati hancur, kedua orangtua sobat saya bersama saya dan puluhan teman dekat mengambil jenazah dari lokasi, selanjutnya membawanya ke rumah sakit Magelang untuk mengidentifikasi kondisi mayat yang masih terbungkus plastik warna standar SAR.

Ketika jenasah dikeluarkan dari pembungkus, kami masih dapat mengenalinya, tetapi Bapak dan Ibunya tiba-tiba berteriak histeris ketika menemukan suatu keganjilan: jasad anak laki-laki mereka memiliki hanya satu lengan dan satu kaki sebelah kanan.

Saya merasakan, betapa remuk hati kedua orangtua itu. Yang ada tinggal penyesalan. Nasi dambaan mereka telah menjadi bubur telanjur.

(A)sain Versus (De)sain
Tanggapan kebanyakan orangtua atas permintaan anak sebagaimana cerita di atas bukan hanya menjadi gejala umum yang terjadi di kalangan para orangtua jaman ini, tetapi juga mencerminkan pola tanggap kita saat menghadapi perkara yang memiliki efek kritis: SANGAT PENTING tetapi sekaligus SANGAT TIDAK PASTI bagi masa depan.

Penolakan orangtua bersinggungan langsung dengan kadar vested interest dan ketidakpastian menghadapi masa depan. Kedua hal —tingginya bobot kepentingan dan ketakpastian—mengejawantah bukan dalam dalam ketersamaran (de)sain, meski dirancukan seolah sebagai kejelasan (a)sain atau tetapan.

Menurut Dino Dini, kekuatan desain terletak pada sejauh mana ia berkontribusi terhadap pengelolaan dua jenis kendala: kendala yang negotiable dan non-negotiable. Oleh sebab itu, langkah pertama proses mendesain adalah mengidentifikasi, mengklasifikasi, dan memilih kendala. Mendesain kursi, misal, harus mendukung berat badan tertentu yang merupakan kendala non-negotiable namun kritis: sangat penting namun juga sangat tidak pasti. Mendesain kursi juga harus mendukung tuntutan biaya produksi, bahan baku atau kualitas estetis yang ketiganya negotiable, dalam arti bisa bersifat penting atau tak penting namun sudah jelas pasti.

Kita mudah terpaku pada kebiasaan dan kemapanan yang terkesan menyenangkan di masa kini namun sebenarnya bersifat negotiable, sebaliknya menolak fluktuasi dan ketidaknyamanan karena ketiadaan jaminan masa depan yang justru non-negotiable. Kita berusaha menjauhkan diri dari orang-orang sakit, berpenampilan tak menarik, atau berstatus sosial-ekonomi rendah, semata karena argumentasi bahwa mereka tak produktif dan akan hanya menjadi parasit yang mengancam kehidupan kita.

Padahal, jika kondisi-kondisi tersebut ada dalam diri kita, kita berharap agar orang lain tak memperlakukan diri kita sebagai si sakit, si buruk, atau si miskin. Kita berharap seseorang mau mengasihi kita dengan kasih yang tak bersyarat dan menyambut kita ke dalam keluarga mereka selamanya, tanpa memperhatikan bagaimana kita berterima kasih.

Pemikiran bahwa yang nyaman dan mengenakkan adalah untuk "diri sendiri" sementara kondisi yang sebaliknya untuk "diri lain" merupakan sebuah konklusi logik yang pada dirinya mengandung contradictio in termine tentang hakekat diri. Di sana tak terjadi konsistensi pemikiran tentang "diri". Inkonsistensi pemikiran ini juga mengandung kesalahan mengidentifikasikan mana kendala yang negotiable dan non-negotiable.

Benar bahwa masa depan kita ditentukan oleh desain yang kita putuskan di bursa pasaran ide. Namun faktor yang lebih menentukan bagi masa depan kita adalah cara kita mendesain: mengidentifikasi, mengklasifikasi, dan memilih kendala yang sangat penting namun sangat tidak pasti bagi masa depan.

*) Executive Director pada IISA Assessment, Consultancy & Research Centre.

Ide Gila, Perang Indonesia Vs. Malaysia!

Ada rasa jijik mengikuti berita-berita seputar konflik Indonesia-Malaysia. Begitu besar kebencian bangsa Indonesia ke Malaysia, sehingga bernafsu ingin berperang melawan negara jiran tersebut. Protes, kecaman, provokasi, dll. marak di mana-mana, menggugat sikap Malaysia yang dianggap sering melecehkan bangsa Indonesia. Di Malaysia sendiri, warga dan Pemerintah di sana juga bersikap keras. Walhasil, akankah terjadi konfrontasi terbuka antara Indonesia Vs Malaysia?

Kalau mendengar pernyataan-pernyataan provokasi Permadi, dia jelas sangat mendukung Indonesia perang melawan Malaysia. Permadi meyakinkan, pasukan Indonesia meskipun peralatan sederhana, tetapi berani mati. Sementara Malaysia, meskipun fasilitas militer bagus, nyalinya kecil. Permadi setuju gerakan, Ganyang Malaysia!

Kalau perang itu nanti terjadi, saya usul Permadi diberi seragam militer, khususnya pasukan infanteri, lalu diterjunkan dalam peperangan di front terdepan. Kita ingin melihat, apakah dia berani menerjuni peperangan tersebut? Begitu juga, wartawan-wartawan TV dan backing politik di belakangnya, yang sok nasionalis itu, mereka perlu diberi seragam infanteri juga, untuk berdiri di front line. Kita buktikan saja, sejauh mana kebenaran omongan mereka? Apakah mereka berani mati, seberani pernyataan mereka?

Perang melawan Malaysia adalah IDE GILA. Ide sangat gila, dan jangan dipikirkan sedikit pun peluangnya. Bukan karena kita takut mati, tetapi Malaysia itu bangsa Muslim. Mungkinkah kita akan berperang melawan sesama Muslim? Sudah sedungu dan sebejat itukah kita, sehingga ada niatan ingin berperang dengan sesama Muslim? Masya Allah, betapa rusaknya agama kaum Muslimin di negeri ini, sehingga urusan negara diletakkan lebih tinggi dari agama.

Kalau bangsa Indonesia berani, ayo kita berperang melawan Australia, berperang melawan Singapura, berperang melawan Timor Leste, atau Thailand sekalian. Andaikan ada peperangan seperti ini, insya Allah saya akan ikut mendaftar, dengan niatan membela kaum Muslimin di negeri ini. Lha, sekarang mau perang dengan Malaysia, negeri yang di sana ada jutaan kaum Muslimin yang sama-sama bersujud, puasa, dan membaca Al-Qur’an seperti kita. Perang semacam itu sangat gila, segila ide perang Irak melawan Kuwait dan Saudi, di masa lalu. Sama-sama Muslim, sama-sama hamba Allah, kok saling memerangi?

Anda tentu masih ingat tahun 1990-1991 lalu, ketika terjadi Perang Teluk antara Irak Vs Kuwait-Saudi. Perang ini benar-benar gila, rusak, dan menghancurkan kehidupan bangsa Irak, menguras kas keuangan Kuwait dan Saudi. Tahukah Anda, mengapa terjadi perang itu? Demi Allah, perang ini adalah adu domba Eropa dan Amerika belaka.

Saddam Hussein pernah mengaku, bahwa dia tak pernah punya niat menyerang Kuwait atau Saudi. Saddam sangat sadar bahwa dalam perang Irak-Iran, Kuwait dan Saudi sangat mendukung posisi Irak. Jadi tidak mungkin kalau Irak akan menyerang Kuwait dan Saudi.

Ide gila menginvasi Kuwait ketika itu muncul di benak Saddam, karena dia terus diprovokasi oleh utusan-utusan dari kedutaan besar Inggris dan Prancis. Utusan itu terus datang ke Saddam memprovokasi dirinya agar menyerang Kuwait. Alasan yang dibawa utusan itu ialah, Kuwait diduga telah menyedot cadangan minyak Irak dari wilayah Kuwait. Utusan-utusan penipu itu meyakinkan Saddam Husein dengan data-data, fakta-fakta, yang dibuat-buat. Saddam pun terprovokasi, sehingga akhirnya menginvasi Kuwait. Saddam mengklaim Kuwait adalah sebuah provinsi, bagian dari wilayah Irak.

Ketika Irak sudah menginvasi Kuwait, syaitan-sayitan dari Inggris dan Perancis segera melarikan diri dari arena. Peranan selanjutnya dikerjakan Amerika Serikat. Amerika merasa dirinya sangat peduli, sangat mencintai, sangat memuja bangsa Kuwait; mereka pun tampil sebagai pahlawan, siap menegakkan keadilan dan melenyapkan penindasan. Tak lupa pahlawan-pahlawan kesiangan Amerika membawa slogan Rambo, “No one can stop me!”

Akhirnya, Irak digebuk dari berbagai arah. Ribuan ton rudal dijatuhkan ke wilayah Irak, puluhan ribu pasukan, ratusan pesawat tempur, tank, kapal induk, dll. dikerahkan ke Irak. Amerika tidak berani menghadapi Irak sendiri, mereka menggandeng negara-negara Sekutu NATO.

Tahukah Anda, apa yang terjadi setelah itu?

Ribuan rakyat Irak tewas sebagai korban, rumah-rumah hancur, masjid-masjid hancur, sekolah, perpustakaan, museum, fasilitas listrik, transportasi, dll. semua hancur. Irak menjadi negara puing-puing. Mereka luluh lantak. Katanya, sampai saat ini korban jatuh di pihak rakyat Irak dan tentaranya, berjumlah lebih dari 1 juta jiwa sejak Perang Teluk 1990-1991 itu. Negeri Irak hancur bukan karena kegagahan prajurit Amerika, tetapi karena pesawat-pesawat tempur dan rudal mereka. Amerika sedikit memakai tenaga manusia. Kalau perang, mereka lebih suka memakai alat-alat militer.

Lalu siapa yang disuruh membiayai peperangan itu?

Semua biaya perang itu dibebankan kepada: Kuwait dan Saudi. Seingat saya, ketika itu Saudi harus mengeluarkan biaya sekitar US$ 30 miliar (atau sekitar 300 triliun rupiah). Begitu pula Kuwait, kas negara itu dikuras oleh pasukan Sekutu. Belum lagi, konsesi pengelolaan minyak di Irak, Kuwait, Saudi pasca Perang Teluk, sangat dicampuri kepentingan Amerika, Inggris, Prancis. Prancis pernah marah kepada Amerika, karena mereka hanya kebagian porsi kue ekonomi kecil. Sebegitu bejatnya kaum kuffar terlaknat itu. Mereka sendiri yang membuat perang, mereka yang terjun perang, mereka pula yang minta diongkosi. Habis sudah, kekayaan-kekayaan negeri Muslim.

Lihatlah betapa kejinya kelakuan syaitan-syaitan kafir itu! Mereka memprovokasi Irak agar menyerang Kuwait, setelah itu Irak ditinggalkan. Selanjutnya mereka mendukung negara Irak dihancurkan Amerika dan Sekutu. Setelah perang usai, Irak hancur, Saddam menderita, Saudi dan Kuwait disuruh membayar biaya perang. Ini semua adalah akal-akalan gila orang kafir terkutuk, semoga laknat Allah, para Malaikat, dan alam semesta menimpa wajah-wajah mereka, menimpa anak-anak mereka, menimpa hidup mereka. Allahumma amin.

Lalu, kini apa yang terjadi?

Kafir-kafir terkutuk ini rupanya tidak puas dengan menghisap ratusan triliun kekayaan kaum Muslimin selama Perang Teluk lalu. Kini mereka bersiap-siap menghisap kekayaan kaum Muslimin di Asia Tenggara, khususnya di Indonesia-Malaysia.

Coba saja, siapa yang paling diuntungkan oleh konflik Indonesia-Malaysia ini? Siapa wahai bangsa Indonesia, siapa? Yang paling diuntungkan, adalah kafir-kafir yang mencari makan di negeri kita itu. Mereka semua kini sedang bersiap menjerumuskan kita dalam perang antar saudara serumpun, yang akibatnya pasti merusak kehidupan rakyat Indonesia dan Malaysia sendiri. Sementara mereka terus saja mengeruk kekayaan kita tanpa henti.

Kalau banga Indonesia jujur, mengapa tidak dibersihkan saja negeri ini dari para ekonom Neolib, dari IMF dan Bank Dunia, negara donor asing, dibersihkan dari jaringan bisnis China, dari perusahaan-perusahaan Amerika, Jerman, Inggris, Jepang, Korea, dll. Mengapa tidak kita bersihkan saja negeri kita dari kolonialis-kolonialis itu? Mengapa kita justru hendak memantik permusuhan dengan sesama negara Muslim?

Okelah, andaikan harus berperang dengan Malaysia. Tetapi pertanyaannya, akan kita kemanakan para kolonialis-kolonialis asing itu? Apakah akan kita biarkan saja mereka terus mengeruk kekayaan negeri ini? Apakah adil, kita berperang melawan Malaysia karena alasan-alasan yang bisa dirundingkan antar pemimpin birokrasi kedua negara, sementara itu kita diam saja atas penjajahan oleh perusahaan-perusahaan asing yang sejak tahun 70-an (selama 40 tahunan) aktif mengeruk kekayaan negeri ini? Apakah ini suatu keadilan?

Kita tidak pungkiri betapa sakit hati kita karena menghadapi sikap-sikap oknum di Malaysia yang overacting, kejam kepada TKI, dan sangat melecehkan. Sebagai bangsa yang masih punya harga diri, kita marah. Tapi masalahnya, kondisi itu kita ciptakan sendiri. Kita telah memilih Reformasi 1998. Di balik Reformasi ini ada gelombang LIBERALISME di segala bidang. Akibat liberalisme, kehidupan kita hancur-lebur, seperti sekarang.

Dalam kondisi rusak, lemah, dan hancur ini, kita tak mampu meninggikan martabat kita. Wajah kita tertunduk lesu, memandangi kekalahan bangsa dalam pergolakan politik yang tak jelas ujungnya itu. Saat lemah seperti ini, apa yang bisa kita lakukan untuk menjaga harga diri bangsa? Tidak ada! Kelemahan ini adalah PILIHAN kita sendiri yang meminta Reformasi, meminta demokrasi liberal, meminta ekonomi liberal, meminta pemimpin seperti Gus Dur, Megawati, Gus Dur. Semua ini pilihan kita sendiri!

Jangan menyalahkan Malaysia kalau mereka bersikap agresif. Dulu di jaman Soeharto, bangsa lain tak berani memprovokasi kita, karena ketika itu kita masih memiliki sedikit INTEGRITAS. Nah, saat ini sebagian besar politisi dan pejabat bersikap munafik, oportunis. Apa yang bisa diharapkan dari keadaan seperti ini?

Demi Allah, janganlah kita buka IDE GILA tentang konfrontasi Indonesia-Malaysia. Kita ini bangsa serumpun, sama-sama Muslim. Jangan mau diadu domba oleh syaitan-syaitan keji yang terus gentayangan menjajakan proposal perang itu. Kita yang nanti berperang, kita yang sama-sama bonyok, sementara mereka terus menghitung untung dari jualan senjata.

Kini Amerika dan sekutunya Eropa, sedang kelimpungan untuk menghentikan perang di Irak, Afghanistan, dan Pakistan. Mereka kesusahan, sebab perang itu sangat menguras energi. Mereka nyaris kalah di medan-medan itu. Kini mereka memprovokasi Korea Utara, Korea Selatan, Jepang, China, dll. agar terlibat perang juga. Ya, alasannya masih klise, cari makan untuk anak-isteri, buat beli paha babi, minum whiskey, dan seks bebas.

Indonesia-Malaysia menjadikan bidikan berikutnya. Jangan bodoh, jangan lebay! Kita harus pintar melihat kenyataan. Andaikan nanti kita sudah merasakan 1001 nestapa akibat peperangan yang kita sendiri tak punya kemampuan menerjuni perang itu, barulah kita akan sadar arti dari “kotoran” yang dilempar aktivis Bendera ke Kedubes Malaysia. Kotoran itu kelak bisa dikutuk oleh berjuta manusia di Indonesia-Malaysia.

Camkan firman Allah SWT: “Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara, maka damaikanlah perselisihan di antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat” (Qs Al-Hujurat 10).

Bandung, 21 Ramadhan 1431 H.

AM. Waskito.

Sumber: VOA-ISLAM