27 Sep 2014

Sales Pulpen

Aku tahu rizkiku tak akan diambil orang lain, karena itulah aku tenang. Aku tahu amalku tak akan dikerjakan orang lain, karena itulah aku sibuk beramal. Aku tahu Allah selalu mengawasiku, karena itulah aku malu bila Dia melihatku sedang dalam maksiat. Aku tahu kematian itu menungguku, karena itulah aku selalu sibuk menambah bekal untuk hari pertemuan dengan Allah ‘Azza wa Jalla. - Hasan Al Bashri.

Baru saja ada seorang Sales datang ke kantor dan kebetulan saya yang piket di kantor hari ini.

Sales tersebut datang dengan ramah, penuh senyuman, berpenampilan rapi. Menawarkan sesuatu? Tentu saja. Namanya juga sales. Lantas, apa yang ia tawarkan? Pulpen. Iya, pulpen. Harganya Rp2,000,- per pieces. Murah kan, ya?

Tapi ia menawarkan berbagai kelebihan pulpen tersebut yang dijamin tidak macet dan tidak meluber tentunya juga tidak murahan. Dengan semangatnya, bahkan ia diskon lagi: beli satu lusin cukup dengan Rp20,000,- saja.

Singkat cerita, karena saat ini persediaan pulpen saya masih banyak, saya tolak dengan halus penawaran sales tadi. Maka, berakhirlah usahanya "merayu" saya untuk membeli barang dagangannya.

...

Kata orang-orang, biaya hidup di Balikpapan tergolong tinggi. Saya pikir mereka benar. Untuk biaya makan bisa hingga Rp60,000.- per hari. Asumsinya, makan di warung nasi 3 x 1 (tiga kali makan dalam satu hari, red.) di mana satu kali makan adalah Rp20,000,-.

Dan, sales tadi yang baru saja datang membuat saya terhenyak. Bayangkan, berapa lusin pulpen yang harus ia jual untuk setidaknya bisa makan satu hari? Belum lagi hasil penjualannya harus dikurangi biaya transportasi dan lain-lain.

Tapi senyuman yang tulus, kerja keras, dan usaha pantang menyerah dengan tanpa ragu ia sambangi dari rumah ke rumah, dari toko ke toko menawarkan pulpen yang mungkin bagi kita tidak seberapa. Adakah ia lelah? Saya tidak melihat dari raut wajahnya ia lelah.

Pertemuan dengan sales tadi mengingatkan saya tentang satu hal: bahwa tidak ada jalan pintas untuk sukses. Usaha apa pun, lakukanlah dengan sebaik-baiknya, sebenar-benarnya. Semua butuh alur untuk dijalani, butuh proses untuk dilalui.

Saya hanya bisa mendoakan semoga Mas Sales yang tadi bertemu dengan saya semoga hari ini bisa closing banyak. Amin. Bayangkan, saat di weekend ini banyak orang yang sedang menikmati liburnya, Mas Sales justru berjuang, yang entah untuk menyambung hidup atau untuk menafkahi anak dan istrinya.

Perjuangan hidup memang tidak mudah. Jika kita melihat orang lain hari ini berbahagia, itu karena kita tidak tahu saja perjuangan mereka di hari-hari sebelumnya. Atau, barangkali mereka saat ini sedang sulit, tapi setidaknya mereka tidak mengeluh.

Hmmm, nikmat Tuhanmu yang mana lagikah yang hendak kamu dustakan?


Balikpapan, 27 September 2014

2 komentar:

  1. Teringat ceramah Jumat beberapa minggu yang lalu An. Tentang totalitas dan keikhlasan dalam berusaha. Kadang, ketika kita mengusahakan hingga angka 10, kita mendapatkan 5 dari manusia.. Beberapa, mencibir. Berprasangka buruk pada Tuhannya.

    Nah, kata pak ustadznya, memang, oleh manusia kita dibayar 5. Tapi, Allah Maha Melihat dan Mengetahui bukan? Bisa jadi sisa 5 nya itu dijamin olehNYA. Mungin bukan berupa duit. Tapi berupa kesehatan, kesempatan berbuat kebaikan, dihindarkan dari sakit..

    Kita, makhluk yang terlampau sering tidak bersyukur.. :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mudah-mudahan Allah SWT memberkahi usaha kita semua, yang meski kurang banyak bersyukur ini. Karunia-Nya memang terlampau besar untuk disyukuri. Masya Allah.

      Hapus

Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Hargai pembaca lain dengan berbahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu. Terima kasih.