29 Mar 2011

Cangkir & Kopi

Barangkali memang rencana Allah itu seringkali kita bahasakan sebagai sebuah kebetulan oleh para manusia. Saat kita tahu semua yang terjadi serba berkorelasi, saling terkait antara satu kejadian dengan kejadian lain hingga membuat kita heran dan berujar, "wah, kebetulan sekali!" atau, "Lho, kok bisa, ya?", dan lain sebagainya.

Ungkapan atau kata-kata yang seringkali terucap dalam keseharian kita itu, hingga kita diakhir kejadiannya sadar saat segala sesuatu yang terjadi ternyata begitu menakjubkan dan begitu sempurna kejadiannya. Ya, itulah ketetapan Allah. Allah memberi kita segala hal yang seringkali diluar nalar manusia dan begitu saja tanpa pernah kita tahu benar bagaimana untaian kejadiannya. Bagi manusia yang beruntung, mereka bisa mengambil setiap hikmah dan menjadikan sebuah pembelajaran yang tiada batasnya.

Contoh kecil yang tadi pagi saya alami adalah tentang satu gelas kopi. (Aduh, tidak biasanya pagi-pagi aktifitas kerja saya ditemani satu gelas kopi!) Lantas, terbersit deh sedikit uneg-uneg tentang apa makna dari satu gelas kopi itu.

"Hmmm.. apa ya?", pikiran saya melayang bertanya-tanya.

Lalu, secara "kebetulan" (dalam tanda kutip ya) saya buka-buka email dan melihat inbox email. Disalah satu milist ada artikel yang ...

Aha! Ada artikel yang sudah Allah siapkan sebagai "kebetulan" atas pertanyaan saya tadi itu. Artikel ini saya dapat sudah lama sekali sebenarnya. Tapi tampaknya Allah tahu benar kapan saat yang tepat saya harus membacanya. Well, barangkali bermanfaat bagi kamu yang baca tulisan saya ini, saya tulis ulang artikelnya. Tulisan tentang "Cangkir dan Kopi". Semoga bermanfaat, semoga ada hikmahnya... ^_^
***

Cangkir & Kopi

Dalam sebuah acara reuni, beberapa alumni Univesitas Barkeley-California menjumpai dosen kampus mereka dulu. Melihat para alumni tersebut ramai-ramai membicarakan kesuksesan mereka, profesor tersebut segera ke dapur dan mengambil seteko kopi panas dan beberapa cangkir kopi yang berbeda-beda.

Mulai dari cangkir yang terbuat dari kristal, kaca, melamin dan plastik. Profesor tersebut menyuruh para alumni untuk mengambil cangkir & mengisinya dengan kopi.

Setelah masing-masing alumni sudah mengisi cangkirnya dengan kopi, profesor tersebut berkata, "Perhatikanlah bahwa kalian semua memilih cangkir-cangkir yang bagus dan kini yang tersisa hanyalah cangkir-cangkir yang murah dan tidak menarik".

"Memilih hal yang terbaik adalah wajar & manusiawi, namun persoalannya, ketika kalian tidak mendapatkan cangkir. Otomatis melihat cangkir yang dipegang orang lain & mulai membandingkan cangkir kalian. Pikiran kalian terfokus pada cangkir, padahal yang kalian nikmati bukanlah cangkirnya melainkan kopinya".

Hidup kita seperti kopi dalam analogi tersebut di atas, sedangkan cangkirnya adalah pekerjaan, jabatan, dan harta benda yang kita miliki. Pesan moralnya, jangan pernah membiarkan cangkir mempengaruhi kopi yang kita nikmati. CANGKIR bukanlah yang utama, kualitas kopi itulah yg terpenting.

Jangan berpikir bahwa kekayaan yang melimpah, karier yang bagus & pekerjaan yg mapan merupakan jaminan kebahagian. Itu konsep yang sangat keliru. Kualitas hidup kita ditentukan oleh "Apa yg ada di dalam"  bukan "Apa yg kelihatan dari luar". Apa gunanya kita memiliki segalanya, namun kita tdk pernah merasakn damai, sukacita, dan kebahagian di dalam kehidupan kita? Itu sangat menyedihkan, karena itu sama seperti kita menikmati kopi basi yang disajikan di sebuah cangkir kristal yang mewah dan mahal.

"Kunci menikmati kopi bukanlah seberapa bagus cangkirnya, tetapi seberapa bagus kualitas kopinya."(*)

8 komentar:

  1. Subhaanallah... ada hikmah dalam setiap peristiwa. Beruntunglah mereka yang mampu mengambil hikmah itu, termasuk dalam artikel ini

    Salam ukhuwah

    BalasHapus
  2. woaaa...mas aan...kisah ini pnah q jadiin bahan seminar looooo...waahhh...ini emang nice story mas...menggelitik...like this...^^

    BalasHapus
  3. kereeennn... kang aan, like like like...
    thx udh ditag... ^_*

    semoga kita tdk termasuk penikmat bentuk tapi rasa yang membentuk... ^_^

    BalasHapus
  4. Terima kasih mas admin BeDa :) .. semoga kita mampu benar2 mengambil hikmah dan menjadikannya pelajaran bagi untuk lebih baik lagi dalam kehidupan.

    Makasih juga untuk Nick, kita buat seminarnya lagi yuk! :D

    Untuk Bonit Notz: saya juga like juga kata2nya, "semoga kita tdk termasuk penikmat bentuk tapi rasa yang membentuk".

    BalasHapus
  5. salam kenal juga mba Fiction's World
    terima kasih atas kunjungan dan komentarnya.. :)

    BalasHapus
  6. Salam sahabat
    Luar biasa cangkur eh cangkir memberikan gbaran dengan makna tersendiri bagi saya hehe
    Oh iya lam kenal mas Aan sekalian saya follow

    BalasHapus
  7. salam kenal juga dhana (:
    makasih ya sudah mampir, semoga bisa lebih akrab lagi di dunia per-blog-an ini.

    BalasHapus

Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Hargai pembaca lain dengan berbahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu. Terima kasih.