1 Jul 2011

Be a Great ZISCo Online

Tulisan berikut sedikit berbeda dengan tulisan-tulisan saya sebelumnya. Bukan apa-apa, tulisan ini hanya terkait dengan bidang pekerjaan saya saat ini. Mohon maaf bila ada hal-hal yang kurang berkenan. Juga mungkin ada beberapa istilah yang sedikit kurang bisa dipahami. Tapi mudah-mudahan itu tidak mengurangi esensi penting dari tulisan ini sendiri. Dan yang paling penting: mudah-mudahan tulisan ini bisa bermanfaat, untuk siapa pun. Amien.***


Be a Great ZISCo Online

“This part of my life... this part right here? This is called ‘happyness.’” – Chris Gardner, Film Pursuit of The Happyness.

Berinteraksi dengan dunia maya sudah jadi kehidupan baru bagi sebagian penduduk dunia, tanpa terkecuali saya. Sebagai ZISCo Online di divisi Internet Marketing Rumah Zakat, inilah aktifitas saya paling terbanyak porsinya dibandingkan aktifitas langsung bertatap muka dengan donatur atau customer.

Blog, Facebook, Twitter, Chatting, Email, dan masih banyak lainnya sudah bukan barang baru lagi. Memang, untuk proporsi jumlah Netizen (mereka yang menghabiskan waktu 24-jam-nya, dengan terus berjuang tetap Connect! di dunia online lewat teknologi Internet dan mobile Internet) di Indonesia sendiri masih terhitung sedikit. Namun, rasa-rasanya sebagian besar para kaum intelektual percaya bahwa dunia maya (internet) akan, atau bahkan sudah, menjadi dunia baru bagi manusia yang tanpa batas wilayah dan waktu. Oleh karena itu, Internet Marketing merupakan layanan yang sangat prospektif dari sekarang hingga kedepannya.

Di sisi lain, barangkali kita tidak perlu naif juga dengan meng-dikotomi-kan dunia nyata dengan dunia maya (internet). Sebaiknya kita lihat bahwa internet adalah bagian dari betapa luasnya dunia ini. Toh, pelakunya sama-sama manusia juga.

Masih dari sumber yang sama seperti kutipan di atas, saya ingin mengutip dari apa yang ditulis oleh Chris Gardner sebagai berikut:

“It was right then that I started thinking about Thomas Jefferson on the Declaration of Independence and the part about our right to life, liberty, and the pursuit of happiness. And I remember thinking how did he know to put the pursuit part in there? That maybe happiness is something that we can only pursue and maybe we can actually never have it. No matter what. How did he know that?”

Apa kaitan kutipan tersebut dengan internet? Dalam pikiran saya yang sederhana ini, saya mengaitkan bahwa di internet, dalam segi pergaulannya, konon bisa lebih memberikan hak untuk hidup (our right to life), kebebasan (liberty), dan mengejar kebahagiaan (pursuit of happiness) daripada dunia kita yang sebenarnya.

Lantas, apa yang menarik dari yang ditulis oleh Chris Gardner itu? Tampaknya Gardner terkesan juga dengan frase “life, liberty, and pursuit of happiness” yang tertulis di Declaration of Independence. Entah apa yang ada dalam benak Thomas Jefferson saat itu hingga meletakkan kata “pursuit of” (mengejar) sebelum kata “happiness” (kebahagiaan) di sana. “Mungkin kebahagiaan adalah sesuatu yang hanya bisa kita kejar dan mungkin sebenarnya kita tidak pernah dapat memilikinya,” demikian Gardner menerangkan.

Dan, apakah alasan dari Chris Gardner justru malah mengganti huruf “i” pada kata “happiness” menjadi “y” hingga tertulis “happyness” dalam film atau buku Pursuit of The Happyness? Untuk mengetahui itu sebaiknya kamu tonton filmnya atau baca saja bukunya. Kamu akan mengerti dengan menonton atau membacanya.

Sebagai salah satu front liner Rumah Zakat, ZISCo Online bisa banyak mengambil pelajaran dari “Pursuit of The Happyness”. Chris Gardner sebagai tokoh utama digambarkan sebagai seorang salesman. Ia memiliki kelebihan yakni kecerdasan dalam matematika dan mengingat. Bahkan ada satu adegan dimana Chris Gardner mampu menyelesaikan permainan rubik yang populer dengan waktu beberapa menit saja. Namun demikian kehidupannya dibingkai dengan konflik rumah tangga, pengangguran, dan kemiskinan.

Tapi Chris Gardner adalah sorang pejuang. Hingga diakhir kisah, dia yang seorang salesman berhasil sebagai seorang pialang saham yang sukses. Banyak sekali pelajaran-pelajaran yang bisa diambil dalam kisah Chris Gardner itu.

Sebagai kesimpulan, saya ingin mengutip tulisannya Herry Tjahyono dalam artikelnya yang berjudul “Melihat Jauh Ke Depan” di koran Kompas 14 February 2009. Saya mencoba mengambil persamaan dari artikel tersebut dengan tulisan saya ini. Pertama, untuk menjadi manusia besar tidak semata-mata ditentukan oleh kemampuan teknis seseorang mengerjakan tugasnya. Kemampuan dan kompetensi teknis (hard competence) boleh sama atau biasa saja, tetapi sikap mental atau soft competence yang lebih akan menentukan seseorang menjadi manusia besar atau tidak.

Kedua, untuk bisa mempunyai soft competence dimaksud, kita perlu berontak dan bangun dari tidur panjang selama ini, keluar dari zona nyaman (good). Sebagai manusia minimalis, pekerja atau pemimpin apa adanya (yang penting job description dijalankan), target kerja atau key performance indicator (KPI) tercapai, beres! Itulah tipikal manusia biasa saja.

Upaya ini memerlukan pengorbanan diri sebab hanya dengan menjadi good people seperti selama ini saja, toh tak ada yang mengusik kita, tetap bisa bekerja dengan nyaman, dan seterusnya. Maka, pemberontakan untuk bebas dari kondisi good people itu harus dari diri sendiri dulu. Ingat petuah Jim Collins, good is the enemy of great.

Ketiga, langkah lebih konkret selanjutnya adalah sikap mental untuk “melihat lebih”! Chris Gardner menggunakan potensi-potensinya untuk “Melihat lebih jauh” kehidupannya, beyond the job!

Keempat, setelah mampu melihat lebih, barulah kita mampu “memberi lebih” (giving more). Hanya dengan melihat lebih dan memberi lebih, kita mampu menjadi manusia besar yang tidak hanya bekerja sebatas KPI. Kita akan mampu bekerja dengan memberikan key values indicator (KVI), nilai-nilai lebih, mulia, unggul, berguna bagi setiap pengguna atau penikmat hasil kerja kita.

Keempat hal tersebut memang benar bukanlah suatu hal yang mudah untuk dilaksanakan. Tapi bukan berarti itu tidak mungkin dilakukan. Sebagai bagian dari front liner Rumah Zakat, ZISCO Online akan selalu memiliki kontribusi tersendiri dalam kiprahnya di lembaga ini. Bukan kontribusi biasa (good), tapi luar biasa (great). Tidak lama lagi, kok! Insya Allah.

Cimahi, 13 Mei 2011
Aan Sopiyan
ZIS Consultant Online

2 komentar:

  1. for a revolution, it's a triumph or die..
    meski aku ga begitu paham duniamu...tapi...keep fighting mas...good luck...^^

    BalasHapus
  2. saya juga tdk mngerti dunia mu..a'la kulli hal keep hamasah...

    BalasHapus

Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Hargai pembaca lain dengan berbahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu. Terima kasih.