31 Okt 2010

Betapa Cinta

Cinta? Berjuta rasa dan warna. Teragungkan dalam kisah-kisah roman para manusia. Dalam lembar-lembar kertas Kahlil Gibran atau juga Shakespeare atau juga banyak manusia lainnya memaknainya melalui syair-syair dan drama-drama kehidupan. Seolah semua menjadi indah dipandang, merdu didengar. Tak peduli betapa kita telah terbenam dalam sempitnya ruang makna cinta duniawi kita. Kenapa?


Karena cinta sering dimaknai sebagai dongeng dua insan yang mabuk asmara. Atau sekadar dua hati yang menahan gejolak rasa, karena cinta! Karena cinta hanya menjadi alat tempat bercumbu-rayu manja yang mengatasnamakan cinta..


Bukankah saat manusia terlahir dari rahim ibunya, setitik ASI menembus dahaga dengan ikhlasnya, itu adalah cinta?


Ketika sepasang mata tak mampu terpejam untuk meninabobokan anaknya. Juga ketika jiwa yang senantiasa mengeluarkan peluhnya demi menafkahkan istri dan anak-anaknya. Itu adalah cinta?


Seharusnya cinta itu juga ketika setetes darah yang jatuh hanya demi menjaga kehormatan agama-Nya. Air mata menetes membasahi wajah karena takut atau juga rindu untuk berpulang ke syurga-Nya. Keberanian bergetar bersama keridhoan saat meregang nyawa. Nafs atau jiwa yang tersenyum pun hadir karena cinta.


Betapa cinta itu ..
Adalah ketika Sang Utusan dalam detik-detik kematian terucap kata bijak yang menyentuh kalbu peradaban.


"Ummatku.. ummatku.. ummatku!" Dan matanya pun terpejam diiringi derai kesedihan seluruh zaman.


Betapa Cinta ..
Adalah ketika Sang Raja Semesta menebar kasih sayangnya ke penjuru langit dan bumi. 

Kau manusia, tetap diberi-Nya meski kau mengingkari;
kau manusia, tetap dikasih-sayangi-Nya meski riak lakumu tak berbudi;
kau manusia, tetap dilindungi-Nya meski kau tak mengabdi;
kau manusia, tetap dicintai-Nya meski kau tak mencintai;
kau manusia, tetap diperhatikan-Nya meski kau tak peduli;
kau manusia, tetap diharapkan-Nya meski kau maksiyat berkali-kali.


Dan dalam takdirnya, kau tetap menjadi manusia sejati. Niscaya bumi takkan menjadi dunia tanpa ada cinta. Walau cinta begitu picik diwakili oleh seuntai kosa kata usang dalam bait-bait syair manja dan skenario melodrama yang justru jarang sekali mewakili sejuta rasa cinta.(*)


*Terinspirasi dari berbagai sumber

2 komentar:

  1. Hmm..setuju mas...love's a miracle....
    Kita tak pernah mampu mengingkari...karena kita mampu hidup pun karena cinta itu...^^

    BalasHapus
  2. Tak ada satu rasa yg prnah trcatat di dlm hati menyerupai cinta. Sdh brulang kali org mmbicarakannya, tp bhkn sang jenius sekalipun blm tntu mmpunyai rumus tepatnya. Ia tak bisa diam, sll menyodok utk minta diperhatikan, mmancing utk diketahui meskipun diendapkan trllu dlm di dasar hati krn mata cinta tak bisa menipu. Cinta, sungguh memprovokasi hati

    BalasHapus

Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Hargai pembaca lain dengan berbahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu. Terima kasih.