29 Jun 2011

Kebebasan dan Keyakinan

Langit Kota by Mr-Aan
Langit Kota, a photo by Mr-Aan on Flickr.
Jangan paksa aku berlari, 
bahkan berjalan, saat ku ingin terbang.
Meski tanpa sayap.
Kan ku sentuh langit itu.
Ku tatap saja langit adalah inspirasi,
aku bisa bermimpi.
Oh, Tuhan..
Ajari aku yang bodoh ini.
Bagaimana aku menyentuhnya.
Izinkan hamba untuk berada di sana,
di dunia yang sangat berarti.
Hingga aku atau hambamu,
bebas..!
***
Sebagai anggota masyarakat, kita sering melihat kepada orang lain bagaimana sebaiknya kita bersikap. Sebagian besar dari kita adalah pengikut, bukan pemimpin, berjalan di atas jalan yang banyak di tempuh dengan nyaman dan mudah, jarang meretas jalan kita sendiri. Kita lebih memilih untuk membiarkan orang lain menentukan standar, masuk ke dalam barisan dengan hati-hati agar tidak timbul gejolak.

Jika Anda membiarkan perilaku Anda dipengaruhi oleh perilaku orang lain, Anda mengorbankan keinginan dan keperluan Anda sendiri untuk bisa di terima. Orang-orang yang memiliki kebebasan dan keyakinan diri tidak mudah diombang-ambingkan oleh orang banyak jika mereka merasa tidak tertarik terhadap sesuatu. Mereka mengetahui apa yang mereka inginkan dan tidak peduli walaupun mereka harus sendirian.

Sendirian? Ya, hanya sendirian. Jika tidak ada seorangpun maka saya akan menjadi orang yang memiliki kebebasan dan keyakinan itu.

Bimbing aku, Allah ya Tuhanku. Amin.(*)
Malam larut, malam memulai hujan
inilah saatnya untuk kembali pulang.
Kita sudah cukup jauh mengembara
menjelajah rumah-rumah kosong.
Aku tahu: teramat menggoda untuk tinggal saja
dan bertemu orang-orang baru ini.
Aku tahu: bahkan lebih pantas 
untuk menuntaskan malam di sini bersama mereka,
tapi aku hanya ingin kembali pulang.
Sudah kita lihat cukup destinasi indah
dengan isyarat dalam ucap mereka
Inilah Rumah Tuhan. Melihat
butir padi seperti perangai semut,
tanpa ingin memanennya. Biar tinggalkan saja
sapi menggembala sendiri dan kita pergi
ke sana: ke tempat semua orang sungguh menuju
ke sana: ke tempat kita leluasa melangkah telanjang.
- Jalaludin Rumi
 

5 komentar:

  1. Kita lebih memilih untuk membiarkan orang lain menentukan standar, masuk ke dalam barisan dengan hati-hati agar tidak timbul gejolak.

    Terkadang sulit bagi diri utk meneguhkan hati..utk mnjadi ikan yg segar di lautan yg asin...(*makin stress..hahaha)

    no comment ahhh...setuju saia,,,nice...
    ada yg dalam dalam hidup kita dan meninggalkan jejak langkah dan dalam hati dan pemikiran kita..dan diri kita tak kan pernah sama spt sebelumnya...^^

    BalasHapus
  2. terbukti betapa lemahnya kita ... memilah memilih apa yang terbaik menurut Allah terkadang berbenturan dengan ciptaanNYA

    BalasHapus
  3. Terkadang kt bingun, ingin memilih jalan yg mana... seakan kt di kendalikan oleh lingkungan yg ada...

    BalasHapus
  4. sendirian .. tapi tidak kesepian .. :)

    *nice*

    BalasHapus

Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Hargai pembaca lain dengan berbahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu. Terima kasih.