26 Mei 2013

Kisah Dalam Angkot

Pernah suatu kali naik angkutan kota (angkot) sepulang sekolah dahulu. Selepas maghrib dari sekolah menuju rumah. Tidak ada yang spesial saat itu selain ada salah seorang bapak penumpang yang sudah tua duduk di posisi belakang supir. Saya sendiri duduk tepat di samping pintu masuk angkot. Kendaraan yang cukup lowong saat itu, seingat saya sekitar 4 sampai 5 orang penumpang saja.

Selama perjalanan naik turun penumpang secara bergantian. Penumpang baru masuk, tidak lama setelah itu penumpang lain turun. Saya sendiri masih sekitar 2 kilometer lagi untuk tiba di tujuan. Entah, justru yang menarik selama perjalanan adalah sosok si bapak tua yang duduk hampir di depan saya. Tiba-tiba si bapak tua membuka pembicaraan dengan supir angkot.

“Mang, bapak turun di palih dieu weh...”
“Tebih keneh pak,” kata sang supir, “keun weh tenang.”
“Bapak teu gaduh ongkos atuh da.”
“Wios pak, calik weh bapak mah.”

Tidak tahu bagaimana awalnya, yang saya pahami dari percakapan bapak tua dengan supir adalah bahwa si bapak tua naik angkot dengan tidak memiliki uang sepeser pun. Dan si supir tahu itu, serta menyengaja untuk menggratiskan jasanya mengantar si bapak tua tersebut hingga tujuan yang di mau si bapak tua. Di tengah perjalanan bapak tua itu merasa tidak enak kepada supir angkot, dan meminta untuk diturunkan saja. Nampaknya, bapak tua itu hendak memilih meneruskan perjalanan dengan berjalan kaki. Padahal kata si supir tempat yang di tuju si bapak tua tersebut terbilang masih jauh.

Perjalanan malam tersebut tidak seperti biasanya lebih terasa hangat. Cuaca malam yang biasanya dingin, rasanya mendadak berubah menjadi hangat. Di dalam angkutan kota itu meski para penumpang tak saling berbicara karena tak saling kenal, terlihat lebih ramah. Langit selepas maghrib saat itu lebih terang. Para pengendara di jalan raya kala itu pun lebih santun dan tenang untuk mengendarai kendaraannya.

Beberapa ratus meter lagi saya akan turun dari angkot. Sudah saya siapkan uang untuk membayar angkot. Ada tercetus niat baik dari saya saat itu untuk membayar ongkos lebih dari biasanya. Sedikit terharu juga dengan sang supir angkotnya. Saya pikir beliau orang baik. Ikhlas mau menolong bapak tua.

Tanpa disangka-sangka, beberapa meter sebelum saya turun dari angkot. Penumpang lain ada yang turun terlebih dahulu. Seorang laki-laki dengan perawakan yang agak kecil dari saya turun dari angkot kemudian memberikan uang ke supir. Sedikit terkejut sepertinya sang supir.

“Ada uang kecil, ‘A?” tanya supir.
“Gak apa-apa pak, ambil aja semuanya. Hitung-hitung sekalian saya ikut membayarkan ongkos bapak itu,” dengan suara yang santun laki-laki itu berbicara pada supir.
“Alhamdulillah,” ucap syukur sang supir.

Laki-laki itu pun terus pergi entah kemana. Tidak lama setelah itu saya pun beranjak turun dari angkot. Memberikan uang untuk ongkos naik angkot saya dengan tanpa basa-basi. Langsung saya pergi menjauh dari angkot agar supir tidak memberikan uang kembalian untuk saya.

Jadi sedikit merenung. Betapa sang supir yang punya niat baik menolong bapak tua itu sangat beruntung. Jika pada malam itu semua penumpang yang ada di angkot berpikiran sama seperti saya atau laki-laki tadi untuk melebihkan ongkos naik angkotnya, maka bisa jadi berlipat-lipat keuntungan yang didapat supir.

Subhanallah. Niat baik yang diganti dengan hasil yang InsyaAllah lebih baik. Bahkan hal baik itu menular (mungkin) ke seluruh orang yang ada di angkot itu untuk berbuat baik juga. Luar biasa.

Jangan-jangan si bapak tua itu malaikat yang menyamar untuk memberi rezeki lebih kepada sang supir? Ah, Siapa tahu, kan? Hehe..


Catatan:
Cerita diambil dari kisah pribadi dengan sedikit perubahan.
“Mang, bapak turun di palih dieu weh...” = “Mang, bapak turun di sini saja...”
“Tebih keneh pak,” = “Masih jauh pak”
“keun weh tenang.” = “biar, tenang saja.”
“Bapak teu gaduh ongkos atuh da.” = “Bapak tidak punya ongkos”
“Wios pak, calik weh bapak mah.” = “Biar pak, bapak duduk saja.”

16 komentar:

  1. emang bener rumus Alloh Ta'ala kang... satu kebaikan akan dibalas 70x lipat..terkadang kitanya aja yang suka ga aware..nice share kang :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Begitulah, salah satu karunia Allah kepada hamba-hambaNya yang ikhlas. Allahu'alam..

      Terima kasih ya mas Todi.. :D

      Hapus
  2. pernah baca juga cerita kaya gini, ternyata pak pres ngalamin nyata.. Hmmm.. semoga Allah meluaskan rizki-Nya bagi hambanya yang tulus.. Aamiin... ^_^



    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihi. Cerita yang bisa kejadian dimana aja emang. Tadi bahkan ada teman yang langsung bilang mengalami De Javu selepas baca.

      "Malaikat"nya terbang kesana kemari. Mencoba mengetuk perasaan para HambaNya yang (mungkin) mulai lupa.

      Hapus
  3. baca posting ini pas saat adzan isyak dikumandangkan, tersentuh dan bikin merinding saja. saya bedoa, kebaikan mereka yang diceritakan di sini mendapat imbalan yang dijanjikan ALLAH, Dia tak pernah ingkar akan janjinya bukan? dan doa antara adzan dan iqomah adalah doa yang mustajab kalau gak salah...
    amin....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin ya robbal'alamin. Hatur nuhun om Ridwan...

      Hapus
  4. hm hm terharu juga, jarang-jarang sech ada cerita kayak gthu, yang ada jaman sekarang naek angkot justru was-was takut copet...

    mudah-mudahan sopir angkot dan penumpang2 di manapun bisa lebih santun lagi. amin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kita sebut saja mereka oknum untuk sopir angkot yang tidak santun. Begitu kan, ya? :D

      Hapus
  5. Subhanallah sungguh mulia sekali tukang supir itu ternyata pemikiran saya selama ini salah yang berpikiran bahwa tukang angkot itu tidak baik karena banyak kejadian kejadian yang terjadi pada angkouta umum sampai sampai saya tidak berani untuk pergi naik angkutan umum ..

    BalasHapus
  6. Kisah yang inspiratif mas, sedikit sekali orang yang dapat bertindak seperti itu, semoga kita juga bisa menirunya kelak..
    makasih dah follback ^^

    BalasHapus
  7. wah. subhanalloh. jangan-jangan memang malaikat ya itu.
    kalau aku di angkot itu, aku malah terpikirkan untuk turun bersama bapak itu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya, siapa tau ya Pita ya? Hehe.. Serius mau ikut? :p

      Hapus
  8. heheh... keren... tidak semua orang peka dengan apa yang terjadi di sekelilingnya...

    BalasHapus

Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Hargai pembaca lain dengan berbahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu. Terima kasih.